Selasa, 08 Januari 2019

Kenaikan Harga Batubara Gairahkan Industri Galangan Kapal


Sektor galangan kapal atau shipyard sangat optimistis menatap tahun 2019. Penyebabnya adalah kenaikan harga batubara yang diprediksi akan mencapai level 100 dolar Amerika Serikat (AS) per ton dari kuartal terakhir 2018 yang berada di kisaran 97 dolar Amerika per ton. Selain itu, bantuan dari regulasi yakni Peraturan Kepala (Perka) BP Batam Nomor 11/2018 menyumbang kontribusi signifikan untuk perbaikan kinerja shipyard tahun 2018.

“Harga batubara mulai membaik. Sehingga banyak perusahaan tambang batubara yang butuh armada untuk pengangkutan mineral dan batubara (minerba) dan akan memesan kapal ke Batam. Biasanya kapal yang dipesan adalah tugboat dan tongkang,” kata Sekretaris Batam Shipyard Offshore Association (BSOA) Novi Hasni kepada Batam Pos, Kamis (3/1/2019).

Novi mengatakan ada sekitar 10 galangan kapal yang sudah mu­lai bangkit karena rutin men­dapatkan pesanan dari pemilik kapal.

“Selain minerba, kapal-kapal ini juga dipesan untuk mengangkut kelapa sawit dan juga nikel,” katanya.

Kelapa sawit ini pada umumnya berasal dari Sumatera, khususnya Riau yang kaya akan produk tandan kelapa sawit, dimana harganya naik Rp 63,08 per kilogram pada periode 5-11 Desember lalu. Dengan harga terendah untuk sawit usia tiga tahun sebesar Rp 909,78 per kilogram dan harga tertinggi untuk sawit umur 10 hingga 20 tahun sebesar Rp 1.222,5 per kilogram. Sedangkan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ditetapkan sebesar Rp 5.639,27 per kilogram.

Ditambah lagi, perusahaan migas besar Batam, yakni McDermott, akan segera mengerjakan proyek besar bertajuk Tyra Redevelopment Project. Proyek tersebut bernilai hingga Rp 11 triliun dan pastinya akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

Novi mengungkapkan bahwa Mc Dermott akan memerlukan kapal-kapal pendukung dan kapal untuk mengangkut minyak. Ini juga menjadi ladang penghasilan bagi shipyard di Batam karena sudah lama tidak mendapat proyek dari perusahaan migas.

Namun, ada kendala utama yang menghalangi yakni pungutan PPh 22. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008, PPh 22 adalah pajak penghasilan yang dibebankan kepada badan usaha baik milik pemerintah ataupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan terkait ekspor, impor atau reimpor. Nilainya sekitar 2,5 persen dari nilai impor.

Kapal buatan Batam juga termasuk salah satu barang yang dikenakan PPh 22 karena banyak materinya yang didatangkan lewat impor. Permasalahannya yakni PPh 22 ini tidak pernah dipungut selama enam tahun sebelumnya. Pemerintah malah memungutnya saat ini sehingga menimbulkan beban biaya yang cukup besar bagi si pembuat kapal.
Estimasinya untuk harga kapal tongkang senilai Rp 3 miliar, maka PPh 22-nya mencapai Rp 75 juta.

“Imbasnya nanti harga kapal akan menjadi mahal sehingga tidak kompetitif lagi di pasaran,” ucapnya.

Sedangkan Kepala Kantor Pelabuhan Badan Pengusahaan (BP) Batam Nasrul Amri Latif mengatakan, pihaknya ikut mendorong perkembangan galangan kapal lewat penerbitan Perka BP Batam Nomor 11/2018. Poin penting yang mendorongnya adalah saat kapal melakukan perbaikan (maintenance) di Batam, maka biaya labuhnya akan dikurangi sebesar 50 persen.

“Ini untuk mendorong shipyard di Batam agar memiliki sesuatu yang bisa dipromosikan di depan para investor. Ini untuk meningkatkan daya saing Batam,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan tren harga minyak akan kembali membaik di 2019 karena ada sejumlah proyek migas seperti yang dilakukan McDermott. Sehingga akan ikut mendorong pertumbuhan positif galangan kapal. Mes-kipun sempat anjlok drastis pada tahun lalu, dimana harga minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) merosot hampir 25 persen, sementara Brent anjlok lebih dari 19,5 persen.

“Meningkatnya peluncuran kapal akan berpengaruh kepada meningkatnya kegiatan ekonomi di Batam,” paparnya.

Masih Unggulan

Awal tahun 2019, geliat industri galangan diharapkan jauh lebih baik dari 2018 lalu. Membaiknya perekonomian Batam juga bisa berdampak terhadap sektor unggulan ini.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Batam Rudi Sakyakirti mengatakan sektor galangan kapal masih menjadi industri unggulan di Batam. Sempat mengalami penurunan dan kembali membaik di akhir tahun, diharapkan tren ini terus berlanjut.

“Saya berharapnya tahun ini semakin banyak proyek (kapal) yang masuk ke Batam, sehingga bisa membuka lapangan kerja,” kata Rudi di Sekupang, Kamis (3/1).

Hingga saat ini pihaknya belum ada komunikasi dengan Batam Shipyard and Offshore Assosiation (BSOA) terkait proyek apa saja yang didapatkan Batam tahun ini.

“Laporan belum ada masuk ke saya. Nanti baru saya akan tanyakan. Semoga banyak pekerjaan yang didapatkan industri galalangan di sini,” lanjut Rudi.

Perusahaan lain yang sempat dikabarkan akan melakukan penerimaan besar-besaran tahun ini juga belum ada kelanjutannya. Ia menyebutkan tahun ini diperkirakan ada ribuan tenaga kerja yang akan direkrut.

“Tahun lalu kan sempat ada informasi seperti McDermott dan perusahaan pembuatan pipa untuk menambah karyawan karena proyek masuk di 2019 ini. Mudah-mudahan lah jadi,” tambahnya.

sumber:  batampos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar