Kamis, 17 Mei 2018

APBI : Penggunaan Kapal Nasional Untuk Ekspor Batubara Butuh Waktu Dua Tahun


Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyatakan dua tahun menjadi waktu yang cukup ideal untuk menyiapkan seluruh data terkait kewajiban penggunaan kapal nasional untuk ekspor batubara.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan ketersediaan data untuk penerapan kebijakan tersebut masih sangat minim. Disamping itu, jumlah armada kapal nasional sangat kurang.

"Penyusunan data-datanya belum lengkap. Yang paling fari bisa dilakukan setelah data-data siap. Perlu waktu setahun hingga dua tahun untuk siapkan itu," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (4/4).

Hendra mengungkapkan data hasil kompilasi dari surveyor, ketersediaan kapal untuk ekspor batu bara kurang dari 2%. Kebanyakan armadanya berupa kapal tongkang.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto kemarin menyatakan penerapakan kebijakan tersebut akan ditunda hingga dua tahun. Hal itu untuk memberi waktu menyusun peta jalan (roadmap).

Untuk asuransi nasional, akan tetap diberlakukan dalam waktu dekat dengan toleransi tambahan waktu selama tiga bulan.

Seperti diketahui, Permendag No. 82/2017 tersebut mewajibkan penggunaan kapal dan asuransi nasional untuk ekspor batubara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Beleid yang diundangkan pada 31 Oktober 2017 itu rencananya bakal dijalankan secara efektif enam bulan setelah terbit.

Dalam pasal 5 diatur apabila armada angkutan laut nasional tidak mencukupi untuk kegiatan ekspor, maka bisa dilakukan juga dengan kapal angkutan laut asing. Namun, detail pelaksanaannya masih belum jelas.

Pelaku usaha, khususnya para eksportir langsung meminta agar penerapan beleid tersebut ditunda atau direvisi. Pasalnya, ketersediaan kapal nasional untuk kegiatan ekspor tersebut dinilai belum mencukupi.

CEO PT Arutmin Indonesia Ido Hutabarat mengatakan penundaan tersebut memang sesuai keinginan para eksportir. Meskipun begitu, penggunaan 100% kapal nasional tidak bisa langsung dilakukan pada dua tahun ke depan.

Dia menilai, kemampuan kapal nasional untuk menangani seluruh ekspor batu bara dari dalam negeri masih sulit bersaing pada dua tahun mendatang. Meskipun begitu, dirinya memahami maksud pemerintah yang ingin industri perkapalan nasional bisa bersaing secara global.

"Kalau mau diterapkan memang harus pelan-pelan. Feeling saya kapal nasional sampai bisa bersaing butuh lima sampai 10 tahun. Kalau dua tahun merangkak dulu lah," ujar Ido, Rabu (4/4).

Menurutnya, salah satu kendala yang akan dihadapi adalah perubahan skema penjualan dari FOB (free on board) ke CIF (cost, insurance, and freight). Hal itu kemungkinan sulit disepakati oleh pembeli.

"Kalau FOB kan pembeli yang menyiapkan kapalnya, kalau CIF penjual yang mencari. Untuk pembeli-pembeli besar seperti Jepang, misalnya, mereka pasti ingin FOB karena mereka kontrol kapalnya untuk sekalian dikirim," tandasnya.

sumber: kontan 

Selasa, 15 Mei 2018

CMA CGM Boyong Kapal Raksasa 10.642 TEUs ke Priok


Perusahaan pelayaran asal Perancis CMA CGM kembali memboyong kapal kontainer raksasa ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk melayani rute langsung ke Amerika Serikat.

Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis Jumat (4/5/2018), CMA CGM membawa kapal raksasa APL Salalah berkapasitas 10.642 TEUs (10.642 kontainer) pada Rabu (3/5/2018). Kapal ini menorehkan sejarah baru sebagai kapal kontainer terbesar yang pernah berlabuh di Tanjung Priok.

APL Salalah bersandar di terminal Jakarta International Container Terminal (JICT) dengan membongkat 1.666 TEUs dan memuat 2.818 TEUs. Walhasil, total bongkar muat dari kapal tersebut mencapai 4.484 TEUs dalam pelayaran perdananya ke Indonesia.

Setelah berlabuh di Tanjung Priok, APL Salalah akan berlayar ke Los Angeles dan Oakland, Amerika Serikat. Kapal ini memang melayani rute Java South East Asia Express Services atau Java SEA Express Services (JAX Services) dengan jadwal sandar mingguan secara rutin. 

CMA CGM menyebut, dengan mendatangkan kapal besar, konsumen dan pengguna jasa bisa efisiensi biaya logistik dan daya saing kinerja integrasi logistik. Sebelumnya, Presiden Direktur CMA-CGM Indonesia Farid Belbouab, mengatakan permintaan pengguna jasa untuk rute JAX Services terus bertumbuh sehingga pihaknya mendatangkan kapal yang lebih besar. Rute ini resmi dibuka pada April 2017 lalu.

"Kami mulai dengan kapal 8.000 TEUs sejak tahun lalu dan hasilnya sangat sukses. Secara bertahap kami membawa kapal yang lebih besar, 9.000 TEUs lalu 10.000 TEUs, bahkan mendekati 11.000 TEUs," jelasnya.

Saat ini, jaringan CMA CGM di Indonesia mencapai delapan cabang dan didukung oleh sub-agen di 15 lokasi pelabuhan. Jaringan akan menyokong arus barang dari Indonesia ke seluruh dunia di samping meningkatkan jenama atau brand CMA CGM seperti CNC, APL, dan ANL. Secara keseluruhan, armada CMA CGM mencapai 504 kapal dab berlabuh di lebih dari 420 pelabuhan di dunia. Tahun lalu, CMA CGM mengangkut hampir 19 juta TEUs. 

sumber: bisnis 

Senin, 14 Mei 2018

Genjot Arus Barang, Pelindo III Tambah 5 Crane di Tanjung Perak


PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) menambah lima unit alat bongkar muat jenis harbour mobile crane atau HMC di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Alat bongkar muat jenis HMC bisa menangani bongkar muat barang untuk kapal berukuran panamax hingga post-panamax.

Direktur Teknik & ICT Pelindo III, Husein Latief mengatakan tiga unit HMC saat ini sedang dirakit di Terminal Jamrud, Tanjung Perak dan akan diserahterimakan pada Juli 2018.

Sementara itu, dua unit lainnya masih dalam tahap pengiriman dari pabriknya di Jerman. "Kami perkirakan [dua unit lainnya] bisa diserahterimakan pada September tahun ini,"ujarnya, Jumat (4/5/2018).

Husein menjelaskan tiga unit HMC memiliki kapasitas hingga 100 ton dengan jangkauan 46 meter. Adapun, dua unit HMC lainnya berkapasitas 120 ton dengan jangkauan hingga 51 meter. Kelima HMC itu memiliki teknologi mutakhir tele-assistance agar bisa dipantau dari jarak jauh atau dari gedung kantor.

Selain itu, data log kinerja HMC dapat diunduh untuk diperiksa data durasi operasioalnya. Kondisi mesin, catatan aktivasi alarm, pendeteksi cuaca dan lainnya juga bisa dipantau sebagai modal untuk analisis teknis perawatan HMC.

CEO Regional Jawa Timur Pelindo III, Onny Djayus, menambahkan, penambahan 5 unit HMC di Pelabuhan Tanjung Perak, akan meningkatkan kecepatan layanan bongkar muat curah kering, jumbo bag, dan general cargo di Terminal Jamrud. Pelindo III mencatat, arus barang di Terminal Jamrud pada tahun 2017 mencapai lebih dari 10 juta ton curah kering, 263 ribu meter kubik kargo, dan 66.253 unit barang.

Dengan beroperasinya HMC baru tersebut, Pelindo III siap melayani bongkar muat kapal besar demi meningkatkan efisiensi logistik di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya," ujarnya.

Sebelumnya, Pelindo III juga telah membeli tiga unit reach stacker, alat pengangkat peti kemas untuk ditempatkan di Tanjung Perak. Tambahan fasilitas itu akan mempercepat layanan receiving (penerimaan), delivery (pengiriman), stripping (pengeluaran barang dari peti kemas), dan stuffing (pemasukan barang ke dalam peti kemas).

sumber: bisnis