Jumat, 26 April 2019

Soal Insiden Ledakan di Galangan Kapal PT MOS Karimun, Ini Penjelasan Polisi Karimun



Aparat kepolisian masih menyelidiki penyebab kecelakaan kerja di sebuah proyek perbaikan kapal PT Multy Ocean Shipyard (MOS) pada Rabu sore.

Hingga Kamis (25/4/2019) siang, Satuan Reskrim Polres Karimun masih berada di lokasi kejadian untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

"Kita masih lakukan olah TKP," kata Kasat Reskrim Polres Karimun, AKP Lulik Febyantara yang dihubungi pewarta.

Oleh karena itu, lanjut Lulik, pihaknya masih belum dapat memastikan penyebab terjadinya ledakan yang membuat dua pekerja mengalami luka bakar.

Ia meminta awak media bersabar hingga penyebab kecelakaan kerja tersebut diketahui.

"Nanti setelah olah TKP ya, saya masih di lokasi," ujarnya.

Ketika ditanya apakah ada pihak dari Dinas Ketenagakerjaan turut berada di lokasi, mantan Kapolsek Balai Karimun itu menyebutkan hanya ada aparat kepolisian di lokasi.

Menurut seorang sumber di dalam PT MOS, sekitaran kapal yang meledak dan terbakar telah dipasangi garis polisi.

"Kapalnya sudah dipasang police line. Tidak ada juga pekerjaan di kapal itu. Mungkin dilarang polisi," kata sumber.

Diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi pada Kamis (25/4) sore.

Dua pekerja perusahaan galangan kapal yang terletak di Kecamatan Meral barat itu mengalami luka bakar dan dilarikan ke rumah sakit.

sumber: tribunnews

Selasa, 23 April 2019

Indonesia Bisa Bikin Bantalan Peluncur Kapal Berbahan Karet Lokal


Pemerintah semakin intensif mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam untuk kebutuhan di dalam negeri. Hal tersebut ditunjukkan dengan upaya pengembangan industri pengolahan karet alam, guna mendukung pembangunan infrastruktur nasional.



Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan PT Samudera Luas Paramacitra berhasil melakukan rekayasa teknologi material untuk menghadirkan produk rubber airbag dengan memanfaatkan komoditas karet alam lokal.



“Inovasi rubber airbag ini atau bantalan peluncur kapal ini digunakan pada industri perkapalan untuk membantu proses menaikan dan menurunkan kapal di galangan, baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi kapal bekas,” kata Hammam seperti dikutip dalam keterangan pada laman resmi BPPT, Senin, (8/4/2019).



Lebih lanjut, Hammam menurutkan berdasarkan data Kementerian Perhubungan pada Maret 2013, Indonesia memiliki kurang lebih 12.047 kapal yang pada saatnya harus direparasi pada 240 galangan kapal yang tersebar di seluruh Indonesia.



Dengan melihat potensi yang ada, dia mengatakan bahwa produk rubber airbag tentunya sangat dibutuhkan untuk membantu proses reparasi dan pembuatan kapal baru.



“Penggunaan produk rubber airbag menjadi pilihan banyak galangan, karena biaya investasinya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan galangan konvensional,” ujarnya.



Selain untuk proses reparasi, bantalan peluncur kapal ini juga dibutuhkan dalam proses pembangunan kapal baru, khususnya guna mendukung program poros maritim dan Tol Laut, yang dicanangkan pemerintah.



Hammam mengungkapkan selama ini rubber airbag untuk peluncur kapal masih sepenuhnya diimpor. Padahal Indonesia diketahui sebagai produsen karet alam terbesar nomor 2 di dunia, yaitu sebesar 3,6 juta ton.



Namun, karet alam yang digunakan dan diolah menjadi barang karet seperti ban mobil/truk/bus, belt conveyer, benang karet, dock fender dan lain-lain hanya sekitar 660.000 ton, yakni hanya sekitar 15 % dari  produksi domestik.



“Hadirnya inovasi rubber airbag hasil pengembangan BPPT dan industri lokal ini jelas menjadi subtitusi produk impor, serta meninggikan nilai TKDN. Harganya pun lebih murah dari produk impor sejenis,” ungkapnya.



Selain itu, apabila industri Rubber Air Bag berdiri di Indonesia, maka seluruh kebutuhannya sebanyak 1.500 unit per tahun dapat dipenuhi. Inovasi itu pun diperkirakan bisa menyerap karet alam dalam negeri sebanyak 600.000 ton per tahun.



Inovasi rubber airbag inipun ditekankan Hammam dapat menjadi awal bagi kebangkitan industri karet dalam negeri. Khususnya dalam mendukung bidang industri perkapalan dan kemaritiman, dengan pemanfaatan bahan baku lokal, karena selama ini masih sepenuhnya impor.



“Inilah momentum agar inovasi rubber airbag dapat digunakan untuk kebutuhan nasional, yang juga memiliki nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang sangat tinggi, mencapai 80%,” ujarnya.



Selain itu Hammam juga berharap adanya dukungan kebijakan dari pemangku kepentingan terkait untuk bisa membuka pintu ekspor, sehingga produk Rubber Airbag karya anak bangsa ini bukan hanya dikonsumsi oleh industri dalam negeri tetapi juga dapat digunakan di mancanegara. 

sumber:  bisnis 

Senin, 22 April 2019

Kecelakaan Kapal, Cuaca Buruk Jadi Kambing Hitam


Direktur Teknik Operasi BUMN Reasuransi, Indonesia Re, Kocu A. Hutagalung menyayangkan cuaca buruk kerap menjadi kambing hitam atas kecelakaan kapal yang menyebabkan tingginya nilai klaim asuransi. Pasalnya, kapal dirancang sedemikian rupa untuk menahan berbagai kondisi cuaca, bahkan badai.

"Banyak faktor: kapal yang memang sudah tua masih dipaksakan melaut; bersikap permisif terhadap muatan berlebih; hingga intervensi perusahaan pelayaran terhadap nakhoda kapal," ungkap Kocu di acara diskusi bertajuk 'Jaminan pada Cuaca Buruk (Bad Weather) Dilihat dari sisi Teknik Perkapalan, Kompetensi & Pengawasan, Regulasi dan Polis Asuransi (ITC Hull)' di Jakarta, Rabu.

Menjadikan faktor alam sebagai kambing hitam akan terjadinya suatu musibah kerap menjadi hal yang
lumrah terjadi tatkala suatu pihak cenderung ingin terbebas dari tuduhan atau tanggung jawab.

Kocu mendorong, pihak asuransi, yang direpresentasikan oleh underwriter, agar lebih selektif dan memiliki integritas untuk tidak menerima risiko kapal yang kiranya tidak laik untuk melaut, meskipun Surat Izin Berlayar (SIB) telah diterbitkan, guna menghindari potensi klaim yang begitu besar.

"Tentunya jika kondisi ini tidak berubah, yang dirugikan adalah industri asuransi sendiri. Kita harus berani berubah dan lebih selektif lagi," tambahnya.

Mengacu pada Skala Beaufort, skala empiris untuk mengukur kecepatan angin untuk pengamatan di darat atau di laut, terdapat 12 tipe kekuatan angin, diantaranya tenang, hembusan angin kuat, badai, dan badai topan.

Sementara itu, Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) menetapkan konstruksi kapal menjadi empat kategori, yakni: P - samudera terbatas; L - Pelayaran Lokal; T - Perairan Tenang; dan D - Laut Dalam.

"Ada kasus kapal bertipe coaster yang hanya mampu berlayar 500 meter dari pelabuhan nekat
berlayar ke perairan dalam. Ketika kena ombak setinggi lima meter, langsung rusak," ujar Direktur Utama Asuka Bahari Nusantara Hari Suroso membuka paparannya.

Intervensi perusahaan pelayaran terhadap nakhoda kapal pun tidak jarang terjadi, kendati cuaca tidak memungkinkan atau dinyatakan kalau kapal tidak laik melaut.

Dia pun kembali mencontohkan kandasnya sebuah kapal penumpang beberapa waktu disebabkan oleh adanya intervensi dari perusahaan pelayaran yang didorong oleh membludaknya penumpang di pelabuhan. Padahal, kondisi kapal saat itu sedang tidak laik melaut.

"Tentunya pada saat itu yang paling dicari adalah nakhoda, padahal dia hanya menjalankan perintah," tegasnya.

Dari sisi kenakhodaan, Kasubbag Ketarunaan dan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Capt. Fahmi Umasangadji menegaskan kapten kapal tidak kurang seperti hakim di atas kapal - dia memiliki kewenangan atas melaut atau tidaknya kapal tersebut.

"Apabila SIB sudah terbit tapi ada stempel peringatan cuaca buruk, saya tidak akan berangkat. Meskipun risikonya jelas yakni saya bisa diganti," tegasnya.

Diselenggarakan oleh Indonesia Re, Acara diskusi bertajuk 'Jaminan  pada Cuaca Buruk (Bad Weather) Dilihat dari sisi Teknik Perkapalan, Kompetensi & Pengawasan, Regulasi dan Polis Asuransi (ITC Hull)' bertujuan menjadi platform diskusi satu atap industri asuransi dan reasuransi, khususnya di bidang marine hull.

sumber: wartaekonomi

Selasa, 16 April 2019

Bisnis Asuransi Rangka Kapal Masih Tersendat


Bisnis asuransi rangka kapal atau biasa disebut marine hull masih belum berkembang pesat. Malahan premi asuransi rangka kapal ini trennya mengalami penurunan.

Berdasarkan laporan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), per 2018, perolehan premi asuransi ini turun 1,41% secara year on year (yoy), dari Rp 1,59 triliun per 2017 menjadi Rp 620 miliar. Tahun ini pun diprediksi tidak akan ada banyak perubahan dari bisnis marine hull ini. "Kalaupun tumbuh, tidak signifikan," kata Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, Direktur Eksekutif AAUI.

sumber: kontan 

Senin, 15 April 2019

Importir Batu Bara Cermati Arah Kebijakan Pemerintah Indonesia


Importir batu bara masih mencermati perkembangan kewajiban penggunaan kapal nasional untuk kegiatan ekspor komoditas tersebut dari Indonesia.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan salah satu negara importir batu bara dari Indonesia yang menunggu kejelasan adalah Vietnam. Menurutnya, Vietnam menjadi pasar yang sangat potensial untuk ekspor batu bara dari Indonesia.

"Vietnam lagi bangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) besar-besaran dan batu baranya itu dari kita. Mereka sudah mulai menanyakan kebijakan ini," ujar Hendra, Sabtu (13/4/2019).

Seperti diketahui, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 82 Tahun 2017 tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu mewajibkan penggunaan kapal dan asuransi nasional untuk ekspor batu bara dan CPO dengan tujuan mendorong industri asuransi dan logistik nasional. Beleid yang diundangkan pada 31 Oktober 2017 itu awalnya akan dijalankan secara efektif 6 bulan setelah terbit, yakni 1 Mei 2018.

Pelaku usaha pun, khususnya para eksportir, langsung meminta agar penerapan beleid tersebut ditunda atau direvisi. Pasalnya, kesiapan asuransi dan ketersediaan kapal nasional untuk kegiatan ekspor tersebut dinilai belum mencukupi.

Akhirnya, pelaksanaan kewajiban penggunaan kapal nasional ditunda hingga 1 Mei 2020. Sementara itu, untuk asuransi, hanya ditunda selama 3 bulan dan mulai berlaku pada 1 Agustus 2018.

Meskipun ditunda hingga 1 Agustus 2018, petunjuk teknisnya baru terbit pada 16 Januari 2019 dan penerapan kewajiban asuransi nasional tersebut baru bisa dilakukan mulai 1 Februari 2019 dan masih perlu masa percobaan selama 3 bulan.

sumber: bisnis

Senin, 08 April 2019

Makassar New Port Beroperasi Penuh, Antrean Kapal Menyusut 30%


Kemenhub resmi memberikan izin kepada Pelindo IV untuk melakukan operasi penuh dermaga Makassar New Port (MNP) mulai 28 Maret 2019, setelah selama ini dilakukan uji coba sandar kapal sejak soft launching pada 2 November 2018.

Direktur Utama PT Pelindo IV, Farid Padang mengatakan dengan adanya izin operasi penuh dari Direktorat Perhubungan Laut (Hubla) Kementerian Perhubungan, dermaga MNP kini juga sudah bisa melakukan direct call karena kedalaman dermaga sudah minus 16 meter LWS (Low Water Springs).

"Sebelumnya, kedalaman dermaga MNP minus 12 m LWS, namun sudah bisa digunakan untuk uji coba sandar kapal sambil terus dilakukan pengerukan," jelas Farid, Senin (8/4/2019).

Dia menuturkan, meski kedalamannya baru minus 12 m LWS tetapi dermaga MNP sudah bisa disandari kapal yang rata-rata memuat barang dari Makassar untuk dikirim ke beberapa daerah tujuan di wilayah Timur Indonesia seperti Ambon, Ternate, Sorong, Surabaya, Manokwari, Nabire dan Jayapura.

Dengan barang yang diangkut antara lain semen, makanan ternak, beras, minuman, palawija, gula pasir, dan barang elektronik.

"Dengan kedalaman sekarang -16 m LWS, dermaga MNP sudah bisa disandari kapal dengan bobot besar yang biasa digunakan untuk direct call ke beberapa negara," jelasnya.

Sementara itu, General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Terminal Petikemas Makassar (TPM), Yosef Benny Rohy menyebutkan pengoperasian dermaga MNP otomatis mengurangi antrian di TPM sebesar 30%.

Sebelum dermaga MNP beroperasi, aktivitas bongkar muat barang di TPM mencapai 2.000 box per hari.

"Setelah ada MNP, bongkaran di TPM menurun jadi rata-rata 1.400 box per hari. Kondisi ini jelas menjadi pengurai antrian kapal di dermaga TPM," tuturnya.

Dia menambahkan, saat ini waiting time di dermaga TPM hanya tinggal sehari dan kondisi tersebut sudah normal. Sebelum ada MNP, waiting time bisa mencapai 3 hingga 4 hari.

sumber:  bisnis 

Kamis, 04 April 2019

JICT Siap Investasi Besar-Besaran Mulai Tahun Depan


PT Jakarta International Container Terminal berancang-ancang menggelontorkan investasi secara masif mulai tahun depan, setelah pada 2019 fokus meninjau ulang kekuatan fasilitas terminal peti kemas tersebut.

Direktur Utama PT Jakarta International Container Terminal (JICT) Gunta Prabawa mengatakan, selain mempertahankan kinerja operasional, perusahaan melakukan review seluruh infrastruktur setelah 20 tahun beroperasi.

“Jumlah capex [capital expenditure/belanja modal] itu akan keluar setelah kami melakukan full assessment,” katanya, Kamis (4/4).

Pada tahun depan, Gunta menjelaskan investasi masif digelontorkan untuk JICT yang merupakan perusahaan patungan PT Pelabuhan Indonesia II/IPC dan Hutchison Ports Indonesia. Tahun ini, JICT hanya mengeluarkan belanja modal untuk biaya konsultan dan desain.

Saat ini, JICT mengoperasikan 16 unit container crane, 62 rubber tyred gantry (RTG), dan 120 head truck. Seluruh crane bertipe post-panamax dan super post panamax dengan kemampuan angkat ganda.

Dengan peralatan itu, JICT mampu mempertahankan produktivitas bongkar muat peti kemas di atas 26 boks per crane per jam (BCH) dan produktivitas pelayanan kapal di atas 70 boks per kapal per jam (BSH).

Kinerja produksi bongkar muat terus menanjak dari semula 1,4 juta TEUs pada 1999—saat JICT mulai beroperasi—menjadi lebih dari 2,4 juta TEUs setahun. Dalam 20 tahun, JICT telah membukukan throughput 37,3 juta TEUs.

Wakil Direktur JICT Riza Erivan menambahkan pihaknya terus menambah panjang dermaga, dari hanya bisa disandari empat kapal sekaligus di dermaga barat pada 1999, menjadi 7 kapal secara bersamaan di dermaga utara.

Kapal yang singgah di JICT merupakan pelaku usaha pelayaran dunia dengan rute langsung ke negara utama, misalnya kapal MV CMA CGM Tage berkapasitas 10.000 TEUs dan berbobot 95.263 gross ton yang melayani rutin rute Priok ke West Coast AS.

“Jaringan pelayaran menjadi salah satu kunci di industri terminal peti kemas dunia. Semakin banyak jalur pelayaran langsung ke negara-negara tujuan, maka akan mendorong kinerja terminal peti kemas semakin maksimal,” ujarnya.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengharapkan, JICT bisa membangun ekosistem dengan melibatkan semua pihak baik pengguna jasa pelabuhan maupun pemilik barang.

“Saya lihat Hutchison sebagai operator di Laem Chabang Port Thailand bagus membangun ekosistemnya sehingga mestinya di sini [ekosistem] juga bisa dibangun,” kata Yukki. 

sumber: bisnis 

Selasa, 02 April 2019

Crane Rubuh Timpa Kapal Pesiar di Bahama, 8 Orang Terluka


Setidaknya delapan orang terluka setelah sebuah crane jatuh di atas kapal pesiar 'Oasis of the Seas' milik Royal Caribbean saat sedang menjalani perbaikan di dok di Grand Bahamas. Video insiden yang dibagikan secara online oleh outlet berita lokal menunjukkan derek besar bersandar di sisi kapal pesiar di galangan kapal di Freeport City.

Beruntung tidak ada penumpang di atas kapal pesiar tersebut pada saat kejadian, karena Oasis of the Seas tengah berada di pelabuhan untuk menjalani pemeliharaan pada unit propulsi kapal, yang dikenal sebagai azipod. Biasanya, kapal raksasa berbobot 225 ribu ton ini berlayar hingga 6.000 wisawatan antara Port Canaveral, Florida, dan pulau-pulau Karibia.

Dalam sebuah pernyataan Royal Caribbean mengatakan setidaknya delapan orang yang bekerja di kapal itu menderita cedera yang tidak mengancam jiwa.

“Kami menyadari kerusakan pada struktur dermaga dan crane konstruksi. Kami menilai kerusakan pada kapal. Drydock adalah prosedur perawatan, dan tidak ada tamu di atas kapal,” kata operator kapal seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (2/4/2019).

Pihah polisi Kerajaan Bahama membenarkan insiden tersebut dengan mengatakan yang terluka dilarikan ke rumah sakit dan mencatat bahwa sebagian besar yang terluka sudah diperbolehkan pulang. Sejauh ini belum jelas apa yang menyebabkan crane tersebut rubuh. Investigasi telah diluncurkan.

sumber:  sindonews

Senin, 01 April 2019

3 Kapal di Benoa Bali Terbakar

                                                                      Ilustrasi 

Sebanyak tiga unit kapal milik PT Intimas Surya terbakar di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa, Denpasar, Sabtu (30/3/2019) sore. Petugas dilaporkan sudah mampu memadamkan api.

Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Hengky Widjaja saat dikonfirmasi di Denpasar, membenarkan kejadian tiga buah kapal yang terjadi Pukul 15.20 WITA tersebut. "Ya benar ada tiga kapal yang terbakar di Pelabuhan Benoa tadi sore," ujar Hengky Sabtu (30/3/2019).

Kepolisian masih menyelidiki penyebab kebakaran dan belum mengetahui kerugian akibat kebakaran itu.

Informasi yang diperoleh kepolisian menyebutkan bahwa tiga kapal yang mengalami kebakaran itu yakni KM Mutiara 11, KM Mutiara 9 dan KM Mutiara 5 yang terjadi di dermaga barat bagian utara di dermaga PT Intimas Surya Pelabuhan Benoa.

Menurut keterangan saksi Made Arsana (55) selaku petugas keamanan PT Intimas Surya, kejadian terbakarnya kapal itu Pukul 15.20 WITA.

Saksi yang juga satpam di PT Intimas Surya itu menerangkan ia saat itu sedang melakukan tugas menjaga pos, lalu ia melihat api dari KN Mutiara 11 berlanjut ke KM Mutiara 9 dan api melalap KM mutiara 5.

"Saat itu, saya langsung meminta bantuan pemadam Pelindo dan dibantu dari Pemadam kebakaran Denpasar untuk memadamkan api," ujarnya.

Upaya pemadaman api yang membakar tiga kapal itu dengan menurunkan empat buah kapal pemadam milik PT Jaya kota, PT Bandar Nelayan, PT Intimas Surya dan PT TKF, kemudian pemadaman api juga menggunakan satu unit mobil pemadam milik Pelindo III Benoa dan satu unit mobil pemadam Kota Denpasar.

Dengan adanya upaya tersebut, api sudah dapat dipadamkan oleh petugas.

sumber:  bisnis