Rabu, 27 Februari 2019

Pelita Samudera Shipping akan Teken Kontrak Pengangkutan Bijih Nikel


Emiten pelayaran pengangkutan, PT Pelita Samudera Shipping Tbk. dikabarkan akan menjalin kontrak baru untuk pengangkutan bijih nikel.

Head of Investor Pelita Samudera Shipping Adi Hartadi mengungkapkan hal tersebut usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang salah satunya menyetujui perseroan untuk menggunakan tambahan fasilitas pinjaman jangka panjang dari ICICI Bank Limited cabang Singapura.

Dia mengatakan bahwa pinjaman tersebut akan digunakan untuk penambahan armada, salah satunya untuk pelunasan kapal kelas Supramax nama Daidan Mustikawati yang dibeli pada pertengahan Februari 2019 seharga US$9,67.

Kapal tersebut nantinya akan digunakan perseroan untuk mengerjakan kontrak baru dalam pengangkutan bijih nikel di kawasan Sulawesi.

“Untuk yang bijih nikel kami belum bisa disclose, di Sulawesi ada tambang nikel yang sudah beroperasi, mereka ingin meningkatkan powet plant-nya,” ujarnya, Senin (25/2/2019).

Lebih lanjut, Adi mengatakan kontrak tersebut memiliki durasi selama lima tahun yang akan teralisasi pada kuartal I/2019, namun dia belum dapat menyebutkan nilai kontrak tersebut.

Selain itu, emiten bersandi saham PSSI itu mendapatkan kontrak baru untuk pengangkutan kebutuhan batu bara Pembakit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di daerah Jawa.

Perseroan menyiapkan kapal kelas Supramax dengan nama Daidan Pertiwi senilai US$10,5 juta yang dibeli pada Januari 2019 lalu.

“Yang untuk kapal besar kami dapat [kontrak] dari PLN. Kita angkut dari Bunati [Kalimantan Selatan] ke Cilacap [Jawa Tengah],” jelasnya.

Adi mengatakan dengan beroperasinya kedua kapal tersebut pendapatan tahun ini diharapkan tumbuh sekitar 25%--30% dari realiasi pendapatan tahun 2018 serta margin laba diharapkan tumbuh 8%-9%.

Pada tahun ini, perseroan berpandangan akan memiliki masa depan bisnis yang lebih cerah untuk jasa kapal pengangkutan karena sejumlah proyek yang baru mulai beroperasi pada 2019.

"Kami melihat bisnis di tahun 2019 ini bisa lebih baik. Seiring dari pertumbuhan PLN yang menjadi customer utama PSSI, pengolahan biji mineral dan nikel serta banyaknya kawasan industri yang selesai sehingga kami optimis prospek pertumbuhannya cukup besar," ungkapnya.

sumber:  bisnis 

Selasa, 26 Februari 2019

Susi Pudjiastuti Sebut Penyebab 34 Kapal Terbakar di Pelabuhan


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, insiden kebakaran kapal di Pelabuhan Muara Baru diduga disebabkan oleh banyaknya pelanggaran di sekitar pelabuhan. Ia menyebutkan, banyak pelaku usaha yang memperbaiki kapal di sekitar pelabuhan tersebut.

“Kejadian ini timbul karena banyaknya pelanggaran di pelabuhan Muara Baru. Banyak kapal-kapal melakukan docking, perbaikan dan pembangunan di pelabuhan. Padahal, itu untuk keluar masuk landing ikan. Itu kan dari ledakan gas,” ujar Susi Pudjiastuti saat melakukan jumpa pers di Bandung, Senin, 25 Februari 2019.

Meski demikian, Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya akan melakukan investigasi atas insiden tersebut. Berdasarkan penyelidikan sementara, ada 34 kapal yang terbakar pada 23 Februari 2019 ini.

Dari 34 kapal itu, menurut Susi Pudjiastuti, sepuluh di antaranya teridentifikasi sebagai kapal ilegal. “Dari 34 kapal sepuluh tidak terdaftar di mana-mana. Namanya ada tapi tidak terdaftar,” katanya.

Lebih jauh Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa pihaknya tidak akan memberi ganti rugi kepada pemilik kapal-kapal yang terbakar. Pasalnya, kapal-kapal tersebut merupakan milik perusahaan besar. 

“Yang punya sistem korporasi. Harusnya mereka punya sistem security-nya sendiri. Kalau yang nyebut nelayan, itu salah,” kata Susi Pudjiastuti.

Seperti diketahui kebakaran kapal di Pelabuhan Muara Baru terjadi sejak Sabtu sore, 23 Februari 2019. Sebanyak 115 petugas dan 21 mobil diterjunkan untuk menjinakkan api.

Namun, api kembali muncul di Ahad pagi 24 Februari 2019. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta memperkirakan sekitar 34 kapal yang bersandar di Pelabuhan Muara Baru hangus terbakar.

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kementerian Perhubungan, Ahmad sebelumnya mengatakan kebakaran terjadi sekitar pukul 15.30 WIB dari salah satu kapal penangkap ikan. Api terus menjalar ke kapal penangkap ikan lainnya yang berdekatan sehingga sebanyak 16 unit kapal penangkap ikan ikut terbakar di Pelabuhan perikanan yang dikelola oleh KKP.

sumber:  tempo

Senin, 25 Februari 2019

153 Kapal Pesiar Bakal Mampir ke Pelabuhan Pelindo III



PT Pelindo III (Persero) mencatat 153 rencana kedatangan kapal pesiar tahun ini ke sejumlah pelabuhan yang dikelola oleh perseroan.
Jika terwujud, jumlah cruise call akan meningkat dari realisasi kunjungan tahun lalu. 

Direktur Operasi dan Komersial Pelindo III Putut Sri Muljanto mengatakan Pelabuhan Benoa, Bali, masih menjadi tujuan utama dari kedatangan kapal pesiar dengan 75 rencana kunjungan. 

Berikutnya, 17 kapal direncanakan datang ke Pelabuhan Lembar, Nusa Tenggara Barat; 16 kapal ke Pelabuhan Tanjung Emas, Jawa Tengah; 16 kapal ke Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur.
Selanjunya 12 kapal ke Pelabuhan Probolinggo, Jatim; 6 kapal ke Pelabuhan Celukan Bawang, Bali; 3 kapal ke Pelabuhan Kalabahi, NTB; 3 kapal ke Pelabuhan Badas, NTB; 2 kapal ke Pelabuhan Ende, Nusa Tenggara Timur; 1 kapal ke Pelabuhan Banyuwangi, Jatim; 1 kapal ke Pelabuhan Maumere, NTT; dan 1 kapal ke Pelabuhan Kupang, NTT.

"Namun, jumlah itu masih dapat berubah, bisa saja bertambah maupun berkurang," kata Putut, Minggu (24/2/2019).

Menurut dia, sejumlah faktor dapat memengaruhi rencana kedatangan kapal pesiar.  Isu keamanan menjadi faktor utama yang menjadi perhatian operator kapal pesiar.
Dia memberi contoh, rencana kedatangan tahun lalu yang sebanyak 149 kapal pesiar hanya terealisasi 138 kunjungan.

Meskipun demikian, realisasi cruise call tahun lalu tetap meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 125 kapal. 

Pelindo III berencana mengundang para operator kapal pesiar untuk menunjukkan fasilitas-fasilitas penunjang yang tengah disiapkan perseroan, seperti pengembangan Pelabuhan Benoa di Bali dan Terminal Gilimas di Pelabuhan Lembar, NTB. 

Di Pelabuhan Benoa misalnya, BUMN operator pelabuhan itu memperdalam alur pelayaran dari sebelumnya 11 meter di bawah permukaan air (low water spring) menjadi 13 meter LWS.
Kolam pelabuhan di dermaga timur juga diperdalam dari minus 9 meter LWS menjadi minus 12 meter LWS. Kapasitas terminal penumpang pun ditingkatkan dan diperbaiki.

Dengan demikian, kapal pesiar berukuran besar dengan panjang (length overall/LOA) 250 meter yang semula hanya bisa berlabuh di luar pelabuhan, kini dapat bersandar di dermaga. 

"Ini akan menambah minat kedatangan kapal pesiar karena dari sisi keamanan dan kenyamanan mereka terjamin. Terminal Gilimas juga kurang lebih sama,” kata Putut.

Sekretaris Perusahaan Pelindo III Faruq Hidayat menambahkan peningkatan fasilitas pelabuhan untuk mengantisipasi kunjungan kapal pesiar merupakan upaya Pelindo III mendukung pencapaian target wisatawan mancanegara tahun ini.

Dari target 20 juta wisatawan mancanegara, 3 juta di antaranya diharapkan mampu disokong oleh BUMN. Pelindo III telah menjadi anggota tim sinergi BUMN Pariwisata yang dibentuk oleh Kementerian BUMN.
"Sedikitnya ada 88.778 wisatawan mancanegara penumpang kapal pesiar yang turun di pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo III pada 2017 dan 125.218 wisman pada 2018," sebutnya.

sumber: bisnis 

Selasa, 19 Februari 2019

Terkait Kebakaran Kapal, KSOP Semarang Akan Panggil Pemilik Galangan

                                                                             Ilustrasi

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Semarang berencana memanggil pemilik galangan kapal PT Janata Marina Indah (JMI).

Hal itu menyusul insiden kebakaran kapal Panorama Nusantara saat proses perbaikan di galangan tersebut, Senin (18/2). Penyebab kebakaran tersebut diduga berasal dari panas akibat replating dek kapal bagian atas.

"Pasca-kejadian ini, kami akan panggil pemilik galangan PT JMI (Janata Marina Indah). Ini kami lakukan agar mereka tidak teledor lagi," kata Kepala KSOP Semarang, Ahmad kepada RMOL Jateng, Selasa (19/2).

Wahid menyebut, kebakaran tersebut diduga disebabkan oleh panas akibat replating atau penggantian plat kapal yang dikerjakan oleh karyawan PT JMI. Menurutnya di bawah plat panas tersebut terdapat plafon.

"Kita harapkan pemilik galangan saat posisi panas itu mereka harus memperhatikan benar-benar SOP-nya," tukas Wahid.

Disinggung apakah api terpicu dari percikan saat proses pengelasan, Wahid belum dapat memastikan. Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan

Diberitakan, kapal Panorama Nusantara milik PT Prima Vista terbakar terbakar di galangan PT Janata Marina Indah (JMI) sekitar pukul 11.30. Api membakar gladak bagian atas dan menjalar ke ruang penumpang. Peristiwa tersebut terjadi saat jam istirahat kerja sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.

sumber: rmoljateng

Senin, 18 Februari 2019

Siasati Aturan, Pengusaha Batu bara Gunakan Asuransi Ganda


Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengatakan bahwa ada beberapa perusahaan eksportir batu bara yang pada akhirnya menggunakan dua asuransi, yaitu asuransi nasional dan luar negeri. Penggunaan dua asuransi setelah pemerintah menerapkan kewajiban penggunaan asuransi nasional.

Aturan penggunaan asuransi tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2018 tentang petunjuk teknis pelaksanaan keuntungan penggunaan asuransi nasional untuk ekspor dan impor barang tertentu.

"Mau tidak mau akhirnya asuransinya double, ujung-ujungnya beban untuk eksportir. Sudah ada perusahaan yang menerapkan itu," kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia kepada Katadata.co.id, Jumat (15/2).

Penggunaan dua jenis asuransi ini untuk menghindari perubahan harga batu bara yang telah disepakati antara importir dan eksportir. Karena dalam perdagangan ini digunakan skema jual lepas di atas kapal (Free on Board) di mana importir berhak untuk menentukan jasa asuransinya. Ini berpeluang importir akan memainkan harga batu bara jika skema tersebut dirubah.

"Bisa saja mereka nego jasa asuransinya, kalau mereka negosiasi bisa mempermainkan harga, apalagi harga batu bara saat ini turun," kata dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan penggunaan asuransi ganda memang tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Tetapi pihaknya berharap asuransi yang digunakan hanya yang berbadan hukum di Indonesia.

"Justru kalau menggunakan asuransi asing berarti memberikan keuntungan kepada negara lain," kata dia.

Pihaknya, juga menjelaskan telah memberikan kelonggaran karena penerapan regulasi ini sudah terlalu lama dan selalu mundur. Padahal, sudah ada sosialisasi sejak Oktober 2017. Sehingga, ekportir bisa memberikan informasi ini kepada pembeli sejak lama. Sedangkan dalam aturannya, perusahaan yang tidak menggunakan asuransi nasional per 1 Februari, maka izin ekpsornya dicabut.

sumber:  katadata

Rabu, 13 Februari 2019

Sulit Ditarik, Kapal Tugboat Charly yang Tenggelam Belum Dievakuasi

                                                                             Ilustrasi 

Kapal tugboat (TB) Charly yang tenggelam di sekitar perairan Pulau Ngenang atau tepatnya di antara Pulau Batam dan Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (8/1/2019) kemarin sampai saat ini belum berhasil dievakuasi. 

Kepala Seksi Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) Kelas A Tanjung Pinang Eko Supriyanto mengatakan hal ini dikarenakan kapal tersebut berada di dasar laut sehingga sulit untuk ditarik kepermukaan. 

"Lokasi tenggelamnya kapal di kedalaman yang cukul dalam, makanya prosea penarikannya cukup sulit. Apalagi terkedala alat, sehingga belum dilakukan evakuasi," kata Eko, Minggu (20/1/2019). 

"Namun untuk pastinya pihak agen atau pihak syabandar yang lebih tahu apakah kapal akan dilakukan evakuasi atau tidak," katanya menambahkan. 
Eko mengatakan kapal tersebut dalam kondisi tenggelam total karena kerusakan yang terjadi di kapal itu cukup berat. 

"Apalagi saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, sehingga proses tenggelamnya cepat sekali," ujarnya. 

Ditanya mengenai kondisi lima Kru kapal, Eko mengaku sudah diserahkan ke agen karena semua itu tanggung jawab agen. 

Seperti diketahui, kapal TB Charly tenggelam saat menarik tongkang Anugerah Indah. 

Meski tidak ada satu pun barang di Kapal TB Charly yang bisa diselamatkan, namun lima kru kapal berhasil diselamatkan dan dievakuasi ke pelabuhan yang ada di Tanjunguban, Kabupaten Bintan. 
Berdasarkan hasil evakuasi TB Charly tenggelam akibat adanya kebocoran di buritan kapal tersebut. 

Selain itu, kondisi cuaca yang tidak bersahabat hingga mengakibatkan ombak besar menjadi penyebab tenggelamnya kapal tersebut.

sumber: kompas 


Selasa, 12 Februari 2019

Krakatau Shipyard Bidik Penjualan Rp 350 Miliar


PT Krakatau Shipyard sambut baik rencana pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN). Karenanya, tahun ini perusahaan membidik penjualan hingga Rp 350 miliar.

Askan Naim, Direktur Utama PT Krakatau Shipyard menyebutkan bahwa industri galangan kapal akan mendapatkan ruang bersaing dengan negara tetangga. "Mendapatkan ruang bersaing dan tidak ada perbedaan dengan free zone seperti Batam," ujarnya saat dihubungi kontan.co.id, Senin (11/2).

Walaupun begitu, ia harapkan pemerintah juga bisa mendorong industri komponen kapal bisa tumbuh guna mengurangi impor komponen oleh pelaku bisnis galangan kapal. Asal tahu saja, tiap kapal yang dibuat dalam negeri 65%-70% komponennya merupakan hasil impor.

Ia bilang bahwa para pelaku bisnis komponen kapal tersebut juga hingga saat ini terbentur nilai keenomian daripada produk yang dihasilkan. "Mereka berpikir daya serap atas hasil yang dihasilkan di Indonesia berapa besar. Nah kontinuitas pembangunan kapal baru itu yang diperlukan," ujarnya.

Menurutnya kalau tidak ada keberlangsungan proyek maka industri komponen kapal yang diharapkan tumbuh juga sulit, sebab hendak produksi komponen pasti akan berhitung juga siapa yang akan menyerap hasil produksinya.

Lemahnya tren pemesanan kapal sendiri lantaran masih maraknya pengusaha pelayaran yang melakukan impor kapal dari China. Padahal, Askan bilang pelaku usaha galangan kapal di Indonesia sendiri ada sekitar 200 pengusaha tapi lemahnya pemesanan kapal disebutnya yang aktif kurang dari 100 pengusaha.

Ia pun memaparkan bahwa sebetulnya kapal impor dari China tersebut untuk kualitas berada di bawah kualitas buatan Indonesia. "Kami banyak memperbaiki kapal-kapal yang dibeli dari China, untuk kualitas tidak sesuai. Jadi datang dan beroperasi 4-5 bulan harus naik dock," jelasnya.

Dengan banyaknya reparasi kapal itu juga, perusahaan bisa mendapatkan profit yang lebih besar. Disebutnya, dari tiap proyek reparasi satu kapal perusahaan bisa mendapatkan profit 25%-30%. Sedangkan untuk pembuatan kapal baru sendiri ia bilang bisa mendapatkan profit hingga 10% sudah sangat baik.

Untuk rencana yang dicanangkan pemerintah sendiri, perusahaan menyambut baik. Dengan begitu juga, perusahaan membidik penjualan sebesar Rp 300 miliar - Rp 350 miliar.

Sedangkan berapa proyek kapal baru yang akan dibuat perusahaan, Askan masih belum bisa menyebutkan lantaran perusahaan juga masih mengikuti tender yang mana tender tersebut dilakukan dikisaran Maret, April, dan Mei. Untuk saat ini, ia bilang perusahaan masih mengerjakan proyek existing milik Kementerian Perhubungan yang man sedang dalam proses finishing.

sumber:  kontan 

Senin, 11 Februari 2019

Porsi Asuransi Pengangkutan Laut Masih 10% dari Total Premi Asuransi Umum


Pemerintah terus mendorong pertumbuhan perdagangan Indonesia pada sektor jasa. Salah satunya adalah dengan mewajibkan kegiatan ekspor batubara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO), serta impor beras dan pengadaan barang pemerintah untuk menggunakan asuransi nasional.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan, aturan ini bakal menaikkan premi asuransi, khususnya asuransi muatan laut (marine cargo insurance). 

Menurut dia, selama ini asuransi tersebut baru mencakup 10% dari total premi asuransi umum. Per Desember 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jumlah pendapatan premi asuransi umum mencapai Rp 69,9 triliun.

Meskipun berpotensi mengerek premi asuransi umum, AAUI tidak bisa menjabarkan besaran kenaikan premi asuransi muatan laut tersebut. "AAUI membuat proyeksi pertumbuhan secara total 10% untuk 2019 tanpa breakdown per lini bisnis," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/1).

Direktur Utama Asuransi Wahana Tata (Aswata) Christian Wanandi mengatakan, per 2018 porsi asuransi muatan lautnya berada di kisaran 6%-7%. Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan 2017, jumlah pendapatan premi Aswata mencapai Rp 2,13 triliun. Dengan adanya aturan ini, Christian memprediksi pertumbuhan asuransi ini bisa mencapai 15%.

Sementara itu, Direktur Operasi Ritel Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Sahata L. Tobing mengatakan, premi asuransi muatan lautnya masih rendah, yaitu di kisaran Rp 150 miliar. Jika membandingkan dengan premi bruto Jasindo per 2017 yang sebesar Rp 5,36 triliun, maka asuransi muatan laut Jasindo baru mencakup 2,8% total premi asuransinya.

Sementara itu Direktur Asuransi Central Asia (ACA) Debbie Wijaya mengatakan, per 2018, asuransi muatan laut baru mencapai 4% dari total portofolionya atau senilai dengan Rp 122,5 miliar.

Sebagai informasi, ketentuan untuk menggunakan jasa asuransi nasional termaktub dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 82 Tahun 2017 tentang Ketentuan Penggunaan Angkatan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu. Rencananya, aturan ini bakal diimplementasikan mulai 1 Februari 2019.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Oke Nurwan mengatakan, ketentuan untuk menggunakan asuransi nasional didorong oleh kondisi global yang sulit dan defisit neraca perdagangan pada sektor jasa.

“Saat ini tercatat kegiatan logistik di Indonesia mencapai Rp 2.400 triliun. Untuk perdagangan dan industri sektor laut maupun asuransi Indonesia hanya memegang kurang dari 1%,” kata dia. ​

sumber: kontan 

Jumat, 08 Februari 2019

Pelindo III Siapkan Sambungan Listrik Kapal di Tanjung Emas

                                                                          Ilustrasi

BUMN kepelabuhanan Pelindo III akan menyiapkan fasilitas sambungan listrik dari darat atau shore power connection untuk memenuhi kebutuhan listrik kapal yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. 

Sekretaris Perusahaan Pelindo III Faruq Hidayat mengatakan perseroan pada tahap awal akan melakukan uji coba dengan menyiapkan 1 unit shore power connection berdaya 1 megawatt di Terminal Dwimatama yang dioperasikan oleh PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC).

“Kami sudah menandatangani kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia Logistik yang merupakan bagian dari PIHC.  Sementara kami siapkan terlebih dahulu untuk kepentingan PIHC, tidak menutup kemungkinan akan kami siapkan di Terminal Peti Kemas Semarang maupun terminal lainnya di Pelabuhan Tanjung Emas,” jelas Faruq dalam siaran pers, Rabu (6/2/2019).

Menurut dia, penggunaan shore power connection dapat menekan biaya operasional kapal sekitar 25% hingga 40%. Penghematan diperoleh dari penurunan penggunaan bahan bakar minyak karena kapal tidak perlu lagi menyalakan mesin saat bersandar di dermaga.

Penggunaan shore power connection juga dinilai lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang di pelabuhan berkurang.

Saat ini beberapa terminal yang dikelola oleh Pelindo III telah dilengkapi dengan shore power connection, amtara lain BJTI Port, Terminal Teluk Lamong, dan Pelabuhan Benoa Bali.  Pelindo III menunjuk grup usahanya, PT Lamong Energi Indonesia (Legi), sebagai operator pelaksana penyediaan shore power connection.

Direktur Utama PT Lamong Energi Indonesia (Legi) Purwanto Wahyu Widodo mengatakan permintaan sambungan listrik melalui shore power connection di beberapa terminal pelabuhan di lingkungan Pelindo III cukup tinggi.

Perusahaan tengah mengkaji kemungkinan mengaplikasikan fasilitas itu di seluruh terminal pelabuhan yang dikelola Pelindo III di tujuh provinsi.

“Kami menghitung kebutuhan daya di masing-masing daerah karena kebutuhan listrik untuk kapal ini masih dipenuhi oleh PLN,” katanya.

Menurut dia, permintaan kebutuhan sambungan listrik melalui shore power connection saat ini lebih banyak dari pelayaran peti kemas domestik.

Beberapa operator pelayaran nasional, seperti Meratus, Tempuran Emas, dan SPIL, sudah menggunakan layanan itu. Perusahaan pelayaran lainnya saat ini masih berproses  mencapai kesepakatan.

sumber:  bisnis 

Kamis, 07 Februari 2019

Meski Harga Minyak Naik, Samudera Indonesa (SMDR) Akan Tambah Kapal di Kuartal I 2019

                                                                        Ilustrasi

PT Samudera Indonesa (SMDR) akan terus menggenjot ekspansi meski harga minyak sedang dalan tren kenaikan. Memang jika mengutip data Bloomberg, secara year to date (ytd) harga minyak global menguat 0,18% dari harga minyak pada 31 Desember 2018 yakni US$ 45,41 per barel.

Direktur SMDR Bani Maulana Mulia mengakui harga minyak dapat mengganganggu beban operasional SMDR karena tak menutup kemungkinan, bahan bakar perseroan mengalami kenaikan. Kendati demikian pihaknya tetap optimis terkait rencana bisnis tahun ini, buktinya pada kuartal pertama tahun ini pihaknya akan menambah 1 kapal tanker senilai US$ 7 juta yang dibeli langsung dari Jepang dengan 8.000 ton, berjenis chemical tanker.

Dengan penambahan kapal tersebut maka tahun ini SMDR memiliki 21 kapal tanker. Menurutnya pada tahun lalu kapasitas angkut kapal SMDR sebesar 50.000 ton, artinya adanya penambahan kapal maka di kuartal I/2018 kapasitas angkut kapal SMDR dapat mencapai 58.000 ton atau hampir mendekati 60.000 ton.

Secara keseluruhan, tahun lalu SMDR mengoperasikasi 100 kapal, dengan komposisi 50 milik dan 50 sewa. Untuk tahun ini, pihaknya belum dapat memastikan akan menambah berapa kapal, "kita akan terus tambah kapal tapi kita lihat dulu kondisi di kuartal II akan seperti apa, ini kan masih Februari," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (6/2).

Asal tahu, Bani mengatakan saat ini SMDR juga tengah membangun dua unit kapal peti kemas berukuran 1.900 TEUs di Galangan Kapal Naikai Shipyard yang berlokasi di Hiroshima, Jepang. Kapal ini rencananya akan dioperasikan pada tahun 2020 mendatang.

SMDR akan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 150 juta - US$ 200 Juta yang berasal dari dana internal dan pinjaman bank. Menurutnya alokasi belanja modal terbesar akan di gunakan untuk pembelian kapal dan penambahan kapasitas pelabuhan dengan porsi masing-masing 40% dan sisanya digunakan untuk bisnis logistik perseroan.

"Samudera terus mengembangkan potensi bisnis yg sudah menjadi kompetensi kami, termasuk logistik tentunya,tapi capex yang paling besar ya untuk kapal dan pelabuhan," jelasnya.

Sementara terkait dengan kinerja tahun lalu, Bani mengatakan realisasinya tidak sesuai yang diharapkan. Namun untuk tahun ini ia optimis net profit akan jauh lebih baik. "Yang jelas tahun lalu tidak seperti yang diharapkan, semoga tahun ini lebih baik untuk profitnya," katanya. Sekedar mengingatkan saja, pada tahun lalu SMDR optimis pendapatan 2018 bisa naik 19% dari tahun 2017 silam.

Sukarno Alatas Analis Oso Sekuritas menilai, wajar saja jika kinerja SMDR tahun lalu tidak sesuai ekspektasi, pasalnya tren kenaikan harga minyak cukup mempengaruhi kinerja emiten SMDR, mengingat beban hingga kuartal III tahul lalu dari pelayaran dan kapal berkontribusi sebesar 42% terhadap total pendapatan. Beban tersebut meningkat dari 35% menjadi 42%. "Artinya kenaikan harga minyak cukup mempengaruhi kinerja perusahaan," ungkapnya.

Sementara itu, analis Phintacro Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, jika perusahaan ingin menambah kapal sebaiknya perhatikan kondisi keuangan dan kapasitas terpakai saat ini, "Kegiatan utamanya kan transport tambang, nah dari kapal yang dia miliki saat ini apakah sudah terpakai semua atau belum? Kalau belum berarti kan bisa optimalkan saja armada yang ada seandainya ada kenaikan frekuensi pengiriman minyak," ujarnya.

Dari segi saham dia menilai SMDR sedikit berisiko, sebab nilai transaksi tidak terlalu besar. Namun menurut Valdy investor masih dapat melakukan trading buy karena secara kinerja masih cukup baik dengan Price Earning Ratio (PER) relatif rendah 9,31% dan Return on Equity (ROE) yang tinggi sebesar 4,3%.

Sumber:  kontan 

Senin, 04 Februari 2019

Beli US$9,7 juta, PSSI Andalkan Dewi Ambarwati Layani Bisnis Logistik

                                                                         Ilustrasi

Emiten logistik pelayaran PT Pelita Samudera Shipping Tbk. membeli satu unit kapal induk (MV) kelas Handysize senilai US$9,7 juta pada pekan ini.

Sekretaris perusahaan Pelita Samudera Shipping Imelda Agustina Kiagoes menyampaikan bahwa pembelian kapal induk baru yang diberi nama “Dewi Ambarwati” tersebut merupakan bagian dari program ekspansi perseroan.

“Pertumbuhan ekonomi serta pasar Indonesia yang besar memberikan beragam peluang logistik untuk pembangkit listrik domestik, pupuk, semen, industri logam dan mineral,” tulisnya dalam keterangan pers, Kamis (31/1/2019).

Adapun kapal berkapasitas 32.000 bobot mati (dwt) tersebut merupakan kapal handysize kedua yang dimiliki emiten berkode saham PSSI tersebut. Kapal itu juga telah disewa untuk pengiriman batu bara di daerah Bunati, Kalimantan Selatan, sejak pekan pertama Januari 2019.

Sebelumnya, PSSI menyelesaikan transaksi pembelian kapal tersebut pada akhir tahun lalu, di mana dana pelunasannya diambil dari kas internal.

Dengan begitu, kini PSSI memiliki total armada sebanyak 80 unit yang terdiri dari 38 unit kapal tunda, 37 unit tongkang, 3 unit fasilitas muatan apung (FLF), dan 2 unit kapal induk kelas handysize.

Sebagai perbandingan, pada awal tahun 2018, perseroan hanya memiliki 77 unit kapal.

Lebih lanjut, Imelda menyampaikan, belanja modal organik perseroan pada tahun ini mencapai sekitar US$50 juta yang didanai dari kas internal dan eksternal. Capex tersebut pun rencananya akan digunakan untuk membeli kapal tunda, tongkang, dan kapal induk.

Pada tahun lalu, PSSI menghabiskan belanja modal sekitar US$21 juta, atau naik dari posisi US$15,7 juta pada tahun sebelumnya.

Adapun PSSI telah menandatangani fasilitas pinjaman tanpa jaminan dari Citibank Indonesia dalam mata uang dolar AS maupun rupiah hingga US$12 juta.

“PSSI menargetkan volume kargo sekitar 1,8 – 2,2 juta metrik ton di tahun 2019 untuk armada kapal induknya, tergantung kondisi pasar dan kemampuan untuk menambah jumlah armada,” tambah Imelda.

sumber:  bisnis