Jumat, 30 November 2018

Ratusan Wisatawan Kapal Pesiar Kunjungi Borobudur

                                                                         Ilustrasi

Satu kapal pesiar berbendera Bahamas kembali bersandar di Dermaga Samudera, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/11/2018). 

Kapal MV Seabourn Encore itu membawa 568 wisatawan dan 418 kru kapal itu tiba sekitar pukul 07.00 WIB. Ratusan pelancong mancanegara itu diajak berkeliling wisata di Borobodur. 

"Ini kali kedua kapal ini singgah di Semarang pada tahun 2018," ucap CEO Pelindo III Regional Jawa Tengah, Arief Prabowo. Kapal pesiar MV Seabourn Encore memiliki bobot total 41.865 ton dengan panjang kapal mencapai 210,5 meter. Kapal ini berbendera Bahamas.

Arief menjelaskan, kedatangan kapal pesiar itu menambah banyak daftar kapal pesiar yang singgah di dermaga Pelabuhan Tanjung Emas. 

Sejak Januari-November 2018, total kapal pesiar yang singgah sebanyak 19 kapal. 

"Empat kapal lagi akan hadir di akhir tahun," katanya. Belasan kapal pesiar yang singgah di Semarang, sambung dia, menunjukkan tumbuhnya pariwisata di seputar Yogyakarta, Solo dan Semarang (Joglosemar).

Rata-rata pelancong ingin melihat keajaiban dari situs warisan dunia. 

"Mereka minat banyak obyek wisata, termasuk Candi Borobudur," tambahnya. Selain ke Borobudur, ratusan penumpang juga akan menyambangi Museum Kereta Api Ambarawa, Tlogo Agro Highland dan Candi Gedong Songo. 

Namun bagi pelancong yang tidak ingin ikut, bisa tetap berada di dalam kapal, atau mengelilingi Kota Semarang naik mobil pribadi. Sebelum tiba di Semarang, kapal pesiar MV Seabourn Encore mengunjungi Singapura. Setelah di Semarang, perjalanan dilanjutkan ke Surabaya.

sumber: kompas

Kamis, 29 November 2018

Kasus SOCI Bisa Berdampak Buruk ke Industri Perkapalan Indonesia

                                                                         Ilustrasi

Bola salju kasus yang menimpa PT Multi Ocean Shipyard (MOS) dikhawatirkan berdampak negatif kepada industri perkapalan Indonesia. Tidak ada penjelasan dan tindakan konkrit atas kegagalan anak usaha PT Soechi Lines Tbk (SOCI) itu dalam memenuhi pesanan terutama dari PT Pertamina (Persero).

Ketua Indonesian Governance Professionals Association, Hendy Fakhrudin, mengungkapkan banyak contoh kasus bisnis perusahaan termasuk emiten bermasalah diawali praktik yang tidak transparan dan tidak memenuhi prinsip akuntabilitas.

Dalam kasus SOCI, Hendy menyarankan manajemennya perlu memberikan penjelasan secara rinci kepada publik. Langkah antisipasi dari potensi terjadi fraud, gratifikasi, dan sebagainya.

“Bayangkan, kontrak tanggal 7 Juni 2013 dengan masa pengerjaan 2 tahun, mestinya diserahkan 7 Juni 2015. Belum selesai, tapi perpanjangan kontrak baru terjadi 5 Oktober 2016. Ini artinya perpanjangan kontrak terjadi setelah wanprestasi," kata Hendy.

“Belum lagi 1 sudah kelihatan bakal terlambat, tapi masih ditambah 2 kontrak lagi di Mei 2014, harus di cek apakah ada permainan didalam," ucap dia.

Pengamat Perkapalan dari Institut Teknologi Sepuluhnovember (ITS) Wasis Dwi Aryawan, mengungkapkan industri galangan kapal cocok untuk Negara seperti Indonesia dan India.

”Pemerintah mungkin menyadari itu dan sudah kasih insentif untuk industri galangan. Tapi pelaksanaan di lapangan kadang tidak sesuai yang diinginkan,” ujarnya.

Dalam kasus pesanan kapal diterima anak usaha SOCI, menurut Wasis, MOS secara profil tidak punya fasilitas pembangunan kapal saat itu, apalagi pengalaman yang tentu tidak cukup untuk membangun kapal sekelas pesanan Pertamina itu.

“Pertamina yang akan dirugikan dari semua keterlambatan yang terjadi. Bagaimana dengan distribusi minyak dalam negeri kalau kapalnya tidak tersedia? Pertamina terpaksa harus sewa, untuk sewa kan perlu biaya, sedangkan jika MOS bisa tepat waktu, Pertamina mestinya sudah bisa menggunakan kapal sendiri. Kerugian ini juga harus dipertimbangkan,” tambah Wasis.

Seperti yang sudah diketahui, Pertamina memesan tiga unit kapal tanker minyak olahan 17.500 LTDW. Seharusnya sudah selesai pada pertengahan 2015. Sudah tiga tahun terjadi keterlambatan.

Selain dari Pertamina, MOS juga menerima pesanan dari Dirjen Perhubungan Laut (Dithubla) Kementerian Perhubungan. Sebanyak tiga unit kapal perintis tipe 750 DWT dan kapal kenavigasian dipesan.

Jika dihitung dengan denda keterlambatan 1/1000 dari nilai kontrak sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, MOS terancam denda hingga $100 juta.

”Ada dampak kerugian finansial yang terjadi akibat denda keterlambatan itu. Apakah bisa selesaikan proyeknya atau tidak, tentu bisa. Masalahnya kapan? Permasalahan hukum dan denda itu juga perlu dijawab,” Pengamat Pasar Modal, Alfred Nainggolan, mengungkapkan dalam diskusi “Kisruh Industri Galangan Kapal” di Jakarta, Selasa (27/11). Kerugian negara yang diderita Pertamina akan dibayar siapa?

Aset MOS di dalam SOCI sebesar 40% sejauh ini.

”Mungkin tidak banyak pengaruh ke pendapatan tapi kalau dibiarkan dan membahayakan, bisa menggerus holding-nya,” ulasnya.

”Secara awam, sulit untuk mengukur dampak finansial atas kasus MOS kepada keberlangsungan usaha SOCI. Jangan sampai tiba-tiba mengejutkan pasar dan investor ritel jadi pihak paling dikorbankan,” dia mengingatkan.

Contoh kasus terjadi ketika emiten bidang konstruksi dinyatakan kena denda Rp50 miliar. Emiten dimaksud kemudian menyanggupi membayar Rp50 miliar di awal. Namun ketika masuk pengadilan, denda meningkat menjadi lebih dari Rp100 miliar.

Terlebih Pertamina sejauh ini berkontribusi sekitar 50 persen terhadap pendapatan SOCI. Bahkan per kuartal ketiga 2018 sudah mencapai 60 persen.

sumber:  wartaekonomi

Rabu, 28 November 2018

Awal 2019 Kapal di Bawah 5.000 GT Dilarang Lewat Merak- Bakauheni


Mulai Maret 2019, kapal dengan kapasitas di bawah 5.000 gross tonnage (GT) dilarang beroperasi atau dilarang melintas di Merak-Bakauheni. Demikian dijelaskan Direktur Angkutan Multimoda Ditjen Perhubungan Kementerian Perhubungan Darat Ahmad Yani.

Ia menjelaskan, aturan tersebut sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pengaturan Ukuran Kapal Penyeberangan di Lintas Merak-Bakauheni.

"Kapal-kapal yang melintas di Merak-Bakauheni kapasitasnya nggak boleh kurang dari 5.000 GT. Itu mulai Maret (2019)," kata dia saat acara di Outlook Industri Transportasi Darat dan Logistik 2018, di Ballroom Mutiara Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan Barat Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018). 

Langkah ini dilakukan karena waktu bongkar muat kapal dengan ukuran di bawah 5.000 GT memiliki waktu bongkar yang lebih lama dibandingkan kapal yang berukuran di atas 5.000 GT.

Ia menjelaskan, langkah ini dilakukan untuk membuat kecepatan dari pembangunan logistik bisa meningkat. Perkembangan dari angkutan logistik saat ini terhambat karena beberapa hal yang sebenarnya kaya Ahmad Yani bisa diminimalisir jika skema angkutan bisa dilakukan secara ontime dan disiplin.

"Logistik kita bisa lebih cepat sampai tempat tujuan. Logistik barang itu bukan orang yang bisa dengan mudah menunda perjalanan. Logistik itu nggak bisa ditunda itu masuk ke produktivitas ekonomi," jelas dia.

Selain Ahmad Yani juga menjelaskan, perkembangan angkutan logistik juga nantinya akan lebih mudah karena dari Surabaya ke Merak sudah tersambung dengan Proyek Jalan Tol Trans Jawa yang sudah hampir selesai dibangun. Dengan selesainya pembangunan tersebut, biaya angkut logistik akan semakin mudah.

"Jalan antara Lampung dan Surabaya itu sudah bisa terhubung dengan tol sampai akhir Desember 2018. Nantinya akan terjadi perubahan perilaku di situ. Sehingga nnatinya keselamatan dan keamanan akan terjamin.

Sementara itu dari data yang pernah diberitakan sebelumnya, di tahun 2014 ada sebanyak 52 kapal beroperasi di jalur Merak-Bakauheni dari jumlah tersebut hanya ada 22 kapal kapal yang berukuran 5.000 GT. Dari proses tersebut kapal-kapal ini ditingkatkan kapasitasnya, sementara itu pemerintah juga.

Dalam empat tahun terakhir sudah menambah kapal di lintas Merak-Bakauheni penambahan yang dilakukan yaitu 25 kapal baru dengan tonase 5 ribu GT, sehingga total kapal yang beroperasi pada lintas Merak-Bakauheni pada 24 Desember 2018 menjadi 68 kapal.

Dengan penambahan kapal tersebut, diperkirakan jumlah kendaraan yang akan keluar masuk di jalur Merak-Bakauheni akan mencapai 720 kendaraan per jam atau 17.280 kendaraan per hari dengan pola operasi 34 kapal per hari.

sumber:  detik

Selasa, 27 November 2018

Subsidi Kapal Perintis pada 2019 Turun 20%-30%


Kementerian Perhubungan mengungkapkan nilai subsidi kapal perintis pada tahun 2019 akan turun 20 hingga 30 persen dibanding 2018.

"Hasil pembahasan tapi belum definitif pagunya hampir sebagian besar terjadi pemotongan 20-30 persen," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Wisnu Handoko di sela-sela pembukaan Rapat Koordinasi Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub di Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Besaran subsidi kapal perintis tahun 2018 ini adalah Rp1,1 triliun, sementara untuk tol laut Rp447 miliar. Wisnu mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi trayek-trayek tol laut dan perintis dengan melihat pertumbuhan tingkat keterisian (load factor).

Bagi trayek yang dinilai sudah tumbuh di atas 60 persen tingkat keterisiannya, kata dia, akan dicabut subsidinya.

"Kita evaluasi kalau memang sudah tingkat keterisiannya bagus subsidi jangan full, dilepasnya pelan-pelan," katanya.

Dia menyebutkan terdapat lima trayek yang dinilai sudah bertumbuh tingkat keterisiannya di atas 40 persen dan berpotensi dicabut subsidinya. Selain itu, upaya lainnya adalah mengerjasamakan pengoperasian kapal yang dinilai sudah bisa dikomersilkan kepada swasta.

"Pengoperasian kapal tidak ada bedanya dengan komersialisasi pelabuhan. Kalau itu sudah bagus bisa dikerjasamakan kerja sama operasi atau kerja sama pemerintah dengan badan usaha untuk jasa pelayanan kapal," katanya.

Ia juga menginisiasi untuk kerja sama pembiayaan dengan lembaga keuangan, seperti PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dengan kerja sama tersebut.

Menurut dia, langkah-langkah tersebut untuk mengurangi pembiayaan dari sumber APBN. "Opsi-opsi pembiayaan itu tidak harus APBN murni," katanya.

sumber:  bisnis 

Sabtu, 24 November 2018

PT DML Dockyard Ekspansi Kapasitas dan Kemampuan Layani Kapal Industri Perminyakan Kalimantan


Tak hanya dipenuhi lalu lintas kegiatan kapal industri batu bara, namun Kalimantan Selatan (Kalsel) juga berada tidak jauh dari perairan dengan aktivitas kapal industri perminyakan.

Karena itu, PT Dutabahari Menara Line (DML) Dockyard sebagai salah satu galangan kapal di Banjarmasin, Kalsel, terus tingkatkan kemampuan dan kapasitasnya.

Tak hanya layani pembangunan kapal baru dan perawatan dan perbaikan kapal-kapal industri batu bara, namun PT DML Dockyard juga layani kapal-kapal industri perminyakan.

Paling terkini, PT DML Dockyard di Banjarmasin melayani perbaikan dua kapal industri perminyakan yaitu SPOB MT 511 Srikandi dan ASL Offshore 1 yang keduanya digunakan sebagai kapal pendukung industri perminyakan di Kalimantan.

SPOB MT 511 Srikandi merupakan kapal pengangkut kargo bahan bakar minyak yang sempat alami musibah kebakaran beberapa waktu lalu.

General Manager PT DML Dockyard, Hadi Sutrisno menjelaskan, operasi perbaikan kapal SPOB MT 511 Srikandi merupakan operasi perbaikan khusus karena melibatkan begitu banyak aspek mulai dari struktur kapal, instalasi penggerak kapal, aspek kelistrikan hingga navigasi kapal.

"Berbagai aspek keilmuan kami sinergikan untuk perbaikan Kapal Srikandi ini karena beragamnya jenis pekerjaan untuk perbaiki kapal ini," kata Hadi.

Sedangkan Kapal ASL Offshore 1 yang merupakan kapal accommodation barge yang digunakan sebagai akomodasi pekerja perminyakan lepas pantai.

Pekerjaan yang dilakukan untuk kapal berukuran ini juga tak kalah rumit meliput pengecatan ulang, penggantian plat yang rusak, penyempurnaan sistem jangkar, sistem fender, sistem ventilasi dan yang lainnya.

Hadi menjelaskan, melayani perbaikan dan perawatan kapal-kapal berukuran besar dan berteknologi tinggi industri perminyakan termasuk dua kapal tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi PT DML Dockyard.

"Ini artinya industri maritim khususnya galangan kapal di Kalsel naik kelas, karena expand dari sisi segmen industri yang dilayani maupun kapasitas docking kapalnya," kata Hadi.

Dengan luas area 9 hektar termasuk kawasan concrete yard seluas 15.000 meter persegi, area warehouse 600 meter persegi, workshop 224 meter persegi sebagai fasilitasnya, PT DML dapat menampung perbaikan 7 unit tongkang ukuran 370 feet dan 7 tug boat secara bersamaan diatas dock.

Selain itu masih ada pula area yang dapat digunakan untuk membangun 3 kapal baru dan 6 area tug boat floating repair yang bisa digunakan.

Hadi menambahkan, dengan kapasitas baik secara fisik maupun sumber daya manusia yang terus ditingkatkan, PT DML Dockyard mendukung kemajuan industri maritim di Kalimantan.

Diantaranya dengan tingkatkan daya saing industri maritim khususnya dengan tekan biaya perawatan dan perbaikan kapal di lokasi yang jauh lebih dekat dengan lokasi operasional kapal-kapal baik kapal operasional industri batu bara, perminyakan dan yang lainnya.


sumber:  tribunnews

Senin, 19 November 2018

IPC TPK Tambah 4 Layanan Kapal



PT. IPC Terminal Peti Kemas (TPK)-anak usaha PT. Pelabuhan Indonesia II, menerima tambahan empat layanan kapal (ship call) sepanjang 2018 pada tiga area terminalnya dari enam area terminal peti kemas yang dikelola perseroan.

Arif Rusman, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis IPC TPK mengatakan empat ship call baru itu yakni; Yang Ming Lines dan Wan Hai Lines di area TPK pelabuhan Panjang Lampung, Icon Lines di TPK Palembang, dan pelayaran Tempuran Emas. tbk (Temas Line) di TPK Pontianak.

"Penambahan empat ship call itu mengkontribusi pertumbuhan volume dan produktivitas peti kemas IPC TPK sepanjang tahun ini,"ujarnya dikonfirmasi Bisnis, Minggu (18/11/2018).

Arif mengatakan hingga triwulan ke III/2018 perseroan telah melayani bongkar muat peti kemas ekspor impor maupun antarpulau sebanyak 888.178 twenty foot equivalent units (TEUs) atau naik 3% dibanding periode yang sama 2017 sebanyak 861.220 TEUs.

Arus peti kemas itu, imbuhnya, berasal dari enam area terminal peti kemas yaitu TPK Pontianak, Palembang, Panjang, Jambi,Teluk Bayur, dan Tanjung Priok.

Dia mengatakan perseroan mendapat penugasan mengoperasikan sepenuhnya fasilitas terminal petikemas di lingkungan Pelindo II/IPC sejak awal 2018, namun tidak termasuk di Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, Terminal Mustika Alam Lestari (MAL), dan New Priok Container Terminal-One (NPCT-1).

Sejak awal tahun ini, perseroan telah mengoperasikan terminal petikemas pada lima cabang pelabuhan Pelindo II yakni, di Pontianak, Palembang, Panjang,Jambi,Teluk Bayur. Sedangkan di Pelabuhan Tanjung Priok mulai 16 Juli 2018.

Arif menjelaskan hingga triwulan ke III/2018 arus peti kemas di area TPK pelabuhan Pontianak mencatat kenaikan 14% yakni dari 172.399 TEUs menjadi 196.694 TEUs, TPK Jambi naik 11% dari 31.558 TEUs menjadi 34.990 TEUs.

Adapun di area TPK Palembang naik 3% dari 121.648 TEUs menjadi 125.761 TEUs, TPK Teluk Bayur naik 9% dari 55.985 TEUs menjadi 61.043 TEUs, dan TPK Panjang naik 1% dari 84.108 TEUs menjadi 85.057 TEUs.

Arif mengungkapkan melalui upaya peningkatan layanan yang dilakukan, perseroan telah menerima apresiasi dan penghargaan pelayanan publik sektor transportasi dari Kementerian Perhubungan pada September 2018.

"Hal ini sekaligus memotivasi kami mewujudkan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan,"ujar dia.

sumber:  bisnis 

Senin, 12 November 2018

Kapal Tanker Batu Bara yang Terbakar di Perairan Bontang Bakal Dikandaskan, Ini Alasannya

                                                                             Ilustrasi

Kapal MB Golden Ocean yang terbakar di perairan Bontang, saat ini tengah dievakuasi dari lautan.

Kapal berbendera Indonesia milik PT. Golden Ocean Line tersebut ditarik TB Herlin AT 15 menuju area labuh PT PKT, Minggu (11/11/2018).

"Kapal sampai pagi ini masih mengeluarkan asap dari ruang akomodasi," kata Kepala Kantor Pencarian & Pertolongan Kelas A Balikpapan, Gusti Anwar melalui Kasie Ops Octavianto.

Kapal yang dinakhodai Kapten Stephenson tersebut rencananya bila memungkinkan bakal dikandaskan di tempat yang aman. Lantaran mesin jangkar kapal yang tidak berfungsi.

"TB Herlin AT 15 Conek Towing KM. Golden Ocean rencana tiba di tempat aman (area labuh PT PKT) sekitar pukul 17.00 Wita," ungkapnya.

Sebanyak 22 awak kapal termasuk nakhoda yang berhasil dievakuasi unsur SAR Gabungan. Beruntung, nyawa mereka selamat. Lima orang Abk masih onboard di TB Herlin AT- 15 (Lokasi kejadian), yakni :

1.Stehensen. M. M. P. (Nahkoda) 
2.Eko Haryo wicaksono (Mualim2)
3.Harista maulana (mualim 3)
4.Edi Surryanto (Boswain)
5. Raras Slamet (ab)

sumber:  tribunnews

Jumat, 02 November 2018

Menperin Dorong Peran Industri Perkapalan Topang Pertumbuhan Ekonomi Hingga Sektor Migas



Kementerian Perindustrian terus mendorong industri perkapalan nasional dapat berkontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk dengan mendukung operasional di sektor migas.

Untuk itu, diperlukan peningkatan investasi di sektor industri perkapalan guna semakin menguatkan kemampuan sarana dan prasarana pendukung sektor migas tersebut.

"Perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan adanya investasi yang berguna untuk menggantikan impor dan menghemat devisa. Upaya strategis inilah yang terus didukung Bapak Presiden Jokowi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peresmian Kapal Seapup 3 milik PT. Swadaya Sarana Berlian di kawasan pelabuhan Marunda, Jakarta, Senin (22/10/2018).

Menurut Menperin, Indonesia mempunyai kepentingan untuk memajukan industri perkapalan nasional yang secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan, terutama di pasar domestik. Di samping itu, aktivitas industri perkapalan dinilai memberikan efek berantai yang luas sehingga mampu menggerakkan roda perekonomian di sektor lainnya.

"Apabila kita melihat karakteristik wilayah Indonesia, potensi migas yang harus dikelola sebagian besar berada di wilayah lautan. Oleh sebab itu, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan armada kapal maupun sarana lain dalam mendukung kegiatan sektor migas tersebut sangat diperlukan," paparnya.

Langkah ini penting dilakukan agar kinerja dan produktivitas migas semakin meningkat, mengingat sektor tersebut punya nilai strategis bagi perekonomian nasional.

Berdasarkan capaian pada semester I tahun 2018, penerimaan negara dari hulu migas sebesar USD8,5 milliar atau telah mencapai 71 persen dari target APBN 2018 sebesar USD11,9 milliar. Sedangkan dari segi investasi, sektor migas telah mencapai USD3,9 miliar.

Apalagi, industri perkapalan nasional sebagai salah satu sektor strategis juga telah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk pembuatan kapal baru dan sekitar 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.

"Kami mengapresiasi PT. Swadaya Sarana Berlian atas kontribusinya terhadap pengembangan industri perkapalan di Indonesia, semoga banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Misalnya, kapal Seapup 3 ini yang pengoperasiannya 100 persen dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia," imbuhnya. 

Airlangga memandang pembuatan kapal ini merupakan salah satu state of the art dalam dunia perkapalan. Maka itu, diharapkan pengembangan Kapal Seapup 3 dapat menerapkan teknologi terbaru, terkait industri 4.0, khususnya dalam sektor migas. 

Berdasarkan kajian dari World Economic Forum, terdapat potensi sebesar USD1,6 triliun yang dapat diraih dengan impelementasi IoT, Big Data dan Machine learning. Hal ini juga akan ditambah dengan industri migas yang makin hijau bagi lingkungan.

"Tentu selanjutnya, kami memacu industri perkapalan nasional lebih berkembang lagi ke depannya. Kapasitas produksi untuk bangunan baru maupun reparasi kapal dapat terus ditingkatkan termasuk kemampuan dalam membangun fasilitas untuk mendukung kegiatan disektor migas," tutur Menperin. 

sumber: industry