Jumat, 21 Februari 2020

Hidupkan Industri Perkapalan, Lokasi Mau Dijadikan Satu


Pemerintah berencana membangun sentra industri perkapalan di Samarinda untuk mendorong sektor ini untuk tumbuh. Jika tidak ada perubahan, lokasinya di bawah Jembatan Mahkota II dan Sungai Lais, Samarinda.

Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim tidak lengkap rasanya jika tidak didukung dengan adanya industri galangan kapal yang kuat. Tak hanya kapal besi untuk jalur ekspor-impor, kapal kayu juga memiliki potensi yang sama untuk menghadirkan galangan kapal. Makanya, pemerintah berencana menggalakkan galangan kapal lewat sentra industri pengrajin kapal kayu.

Kepala Dinas Perindustrian Samarinda Muhammad Faisal mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, wisata susur Sungai Mahakam dijadikan andalan Kaltim untuk menarik minat wisatawan. Kondisi ini membuat potensi perkembangan industri kapal sangat tinggi. “Makanya kami sedang serius ingin mengembangkan Samarinda sebagai sentra industri perkapalan,” katanya.

Dia menjelaskan, saat ini hanya ada 15 kelompok usaha bersama (KUB) industri kapal kayu di Samarinda. Namun seluruhnya memiliki tempat masing-masing. Pihaknya berencana menyatukan para pengrajin kayu menjadi satu kawasan industri. Supaya memudahkan untuk mengakomodasi semua pengrajin dalam satu tempat. Dengan dijadikan sentra, potensi industri ini diyakini akan semakin besar.

“Kita rencananya membangun di dua lokasi sentra industri yang berdekatan, yaitu di bawah Jembatan Mahkota II yang masuk Kecamatan Palaran dan di Sungai Lais yang masuk Kelurahan Sungai Kapih,” bebernya.

Menurutnya, dua lahan ini masih milik pemerintah. Tapi bisa saja nanti beralih ke tempat lain yang lebih potensial. Akan ada kemungkinan demikian. Saat ini, untuk lokasi masih dalam kajian yang ditargetkan akan selesai pada Maret. Pihaknya berusaha mengkaji lebih dalam, mulai dari konsep, tata ruang, teknis, anggaran, dan lainnya. Hal itu tentunya agar pemilihan tempat benar-benar strategis.

“Nantinya industri ini tidak hanya untuk pembuatan kapal baru, bisa juga untuk perbaikan kapal dan sebagainya. Sehingga tidak akan berhenti. Sebab selama Sungai Mahakam masih ada, kapal akan terus digunakan,” tegasnya.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Kaltim Aji Sofyan Effendi mengatakan, sejak dulu galangan kapal memang menjadi salah satu mata pencarian masyarakat Samarinda. Namun belakangan agak lesu. Padahal, galangan kapal menjadi fondasi penting dalam dunia perkapalan.

Sulitnya galangan kapal saat ini, menurut Aji tak lepas dari banyaknya perusahaan pelayaran nasional yang mendatangkan kapal dari luar negeri. “Industri galangan kapal harus berinovasi, agar produknya tidak kalah bersaing,” ujarnya.

Dia mengatakan, kapal-kapal yang dibuat di Samarinda memiliki potensi yang cukup besar. Salah satu sektor yang bisa dilirik adalah pariwisata. Kapal-kapal yang ada saat ini untuk wisata susur Sungai Mahakam dinilai masih kurang, sehingga jika galangan kapal kembali digalakkan, maka sektor ini bisa tumbuh.

“Pariwisata bisa menjadi sektor pendapatan baru bagi masyarakat Kota Tepian, sehingga ada pertumbuhan kantong-kantong ekonomi baru,” pungkasnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.

“Ke depan, kami berharap kapasitas produksi untuk bangunan baru maupun reparasi kapal dapat terus ditingkatkan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Apalagi, industri perkapalan atau galangan kapal merupakan salah satu sektor yang strategis dan mempunyai peran vital bagi roda perekonomian nasional. Selain itu, guna mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

“Maka itu, pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri galangan kapal di dalam negeri agar bisa memenuhi kebutuhan di pasar domestik, bahkan mampu mengisi pasar ekspor,” tegas Agus. Oleh sebab itu, iklim investasi yang kondusif merupakan syarat mutlak yang menjadi perhatian pemerintah agar kesinambungan operasional dan produktivitas sektor industri perkapalan dapat menjadi lebih optimal.

Menurut Agus, banyak hal yang perlu dipenuhi dan dibenahi agar sasaran tersebut bisa tercapai, termasuk untuk pengembangan industri galangan kapal di Tanah Air supaya bisa lebih mandiri. “Ini pasti yang menjadi fokus pemerintah,” ujarnya.

Guna mewujudkan kemandirian sektor industrinya, dalam jangka pendek dan menengah, Kemenperin terus memacu kemampuan produksi industri galangan kapal. Upaya ini diharapkan dapat mendukung pegoptimalan penggunaan produk dalam negeri dan memperbaiki neraca perdagangan nasional dengan mensubstitusi produk impor.

“Kemudian, yang juga menjadi prioritas Kemenperin adalah menyiapkan ketersediaan SDM industri yang kompeten. Dalam hal ini, Kemenperin akan meningkatkan kerja sama yang terkait dengan pelatihan kompetensi bidang pengelasan atau welding,” paparnya.

Menperin menyampaikan, pihaknya sangat terbuka dengan langkah kolaborasi, termasuk dengan pihak pelaku industri. “Kami juga akan memfasilitasi bagi para guru dan siswa yang ingin meningkatkan kompetensinya di bidang industri. Oleh karena itu, kami akan segera follow up,” imbuhnya.

Bahkan, Agus mengemukakan dalam rapat terbatas kabinet beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mencontohkan adanya teknologi konstruksi kapal untuk Pelat Datar yang memungkinkan membuat kapal nelayan yang dijamin aman, namun dengan harga yang lebih murah. Ini salah satu yang akan menjadi fokus pemerintah dalam menerapkan hasil riset yang tersambung dengan dunia industri.

“Dalam rapat tersebut, Presiden menyampaikan agar Kementerian Kelautan dan Perikanan lebih banyak memprioritaskan pembelian kapal-kapal nelayan yang jenisnya dari hasil riset Pelat Datar tersebut, sekitar 50-60 tonase,” ungkapnya.

sumber: kaltimprokal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar