Senin, 25 November 2019

Dampak Tumpahan Minyak di Laut


Tumpahnya minyak di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur Sabtu (31/3/2018) menambah daftar peristiwa yang menyebabkan kerusakan lingkungan, terutama di laut.

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mengatakan tumpahan minyak di Teluk Balikpapan mencapai 69,3 meter kubik atau sekitar 400 barel.

Berdasarkan citra satelit pada Senin (2/4/2018) daerah yang tercemar adalah 120 kilometer persegi atau 12.000 hektare. Sementara, dikutip dari Tempo.co (7/4/2018), wilayah yang tercemar minyak mencapai 200 kilometer persegi atau sekitar 20.000 hektare.

Berarti terjadi perluasan wilayah yang tercemar akibat arus dan gelombang laut.

Lima orang nelayan telah menjadi korban akibat kebakaran karena tumpahan minyak tersebut. Satu ekor pesut ditemukan mati dengan tubuh berlumur minyak. Para pencinta lingkungan hidup menduga kematian hewan yang dilindungi ini karena minyak membuatnya tidak bisa bernapas.

Pakar oseanologi Institut Pertanian Bogor, Alan F. Koropitan, mengatakan tumpahan minyak dalam jumlah besar dapat merusak ekosistem. Selain membunuh aneka biota laut, juga merusak ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang.

Sementara Fathur Roziqin Fen, direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur menambahkan, krisis di Teluk Balikpapan akibat tumpahan minyak itu berdampak matinya biota laut, mangrove, serta rusaknya budi daya kepiting.

Akibatnya nelayan kehilangan mata pencaharian, dan akhirnya mengalami penurunan pendapatan.

Mongabay menyebutkan, selain kerusakan lingkungan dan mengancam habitat mamalia seperti dugong, pesut, lumba-lumba hidung botol dan lumba-lumba tanpa sirip belakang, serta habitat burung, masyarakat di sekitar Teluk Balikpapan juga mengalami masalah kesehatan. Mereka mengeluh mual dan pusing karena bau minyak yang menyengat.

Sampai saat ini upaya pembersihan minyak tersebut masih dilakukan. Pihak Pertamina sudah mengakui bahwa pipa yang bocor itu adalah milik mereka. Namun, pemeriksaan oleh pihak kepolisian untuk mencari siapa yang bertanggung jawab, masih berlangsung.

"Pertamina menyatakan pipa mereka patah, dan kini tengah diperbaiki. Ada tekanan yang ekstrem sehingga menyebabkan pipa putus," kata Kombes Ade Yahya, Kabid Humas Polda Kaltim dalam wawancara dengan BBC Indonesia. "Kami akan melakukan rekonstruksi sesuai ketentuan, bahwa ada kejadian, ada korban dan nanti akan merujuk ke tersangka."

Peristiwa bocor atau tumpahnya minyak ke laut di Teluk Balikpapan ini bukanlah yang pertama. CNN Indonesia menulis, pada 2004 dan 2017 peristiwa serupa terjadi, yang akhirnya membuat warga tidak dapat melaut dalam waktu yang cukup panjang. Hal ini yang membuat para pegiat lingkungan hidup mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas.

Koalisi Masyarakat Peduli Tumpahan Minyak menganggap selama ini Pemerintah Kota Balikpapan membiarkan sejumlah kasus minyak tumpah di wilayah itu, tidak ada pemidanaan maupun ganti rugi.

"Selama ini masyarakat diam, dan hanya diberi ruang untuk bersih-bersih. Kami harus turun untuk mengawal proses penegakan hukum," kata Topan Wamustopa, koordinator koalisi. Sementara, Eben Marwi, direktur LBH Sikap, mengatakan polisi harus bertindak lebih cepat dan tidak menutup-nutupi, karena Teluk Balikpapan adalah urat nadi perekonomian seluruh warga Balikpapan.

Dampak lingkungan jangka panjang
Kendati peristiwa tumpahan minyak di Teluk Balikpapan yang terjadi beberapa hari yang lalu itu tidak melibatkan tumpahan dalam jumlah yang terlalu besar, namun dampaknya sungguh luar biasa.

Situs Conserve Energy Future menyebutkan sekecil apapun kebocoran minyak yang terjadi akan membawa dampak yang luar biasa bagi lingkungan dan manusia. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membersihkannya, dan harus mempertimbangkan banyak hal sebelum mulai melakukan operasi pembersihan, seperti banyaknya tumpahan, suhu air, jenis pantai, arus dan sebagainya.

Terdapat dua dampak besar akibat tumpahnya minyak di laut, yaitu dampak lingkungan dan dampak terhadap ekonomi.

Dampak terhadap lingkungan merupakan dampak terbesar dan langsung terasa. Binatang-bintang dan tumbuhan yang hidup di laut atau dekat dengan pantai yang tercemar merupakan kelompok yang paling merasakan langsung. Dalam banyak kasus, tumpahan minyak langsung menyebabkan binatang-binatang tewas karena tidak dapat bernapas.

Sementara dampak ekonomi merupakan dampak kedua terbesar, setelah dampak lingkungan. Kehilangan minyak mentah atau bahan bakar minyak yang sangat berharga akan mempengaruhi jumlah BBM dan gas yang tersedia.

Tak kalah penting, tumpahan minyak menyebabkan berkurangnya mata pencaharian para nelayan, dan memutus rantai perekonomian masyarakat yang menggantungkan hidup pada laut.

Dikutip The Telegraph, salah satu tumpahan minyak terbesar dalam sejarah terjadi pada tahun 1991, ketika terjadi Perang Teluk. Peristiwa itu menyebabkan tumpahnya sekitar 240 sampai 336 juta galon minyak mentah ke Teluk Persia.

Peristiwa ini merupakan bencana lingkungan terburuk yang pernah ada. Tumpahan itu meliputi area dengan luas yang sama dengan pulau Hawaii.

sumber: tagarid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar