Senin, 02 September 2019

Penerapan MFO Sulfur Rendah Sulit Dongkrak Kinerja Industri Galangan Kapal


Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) menyatakan keputusan penggunaan bahan bakar kapal (marine fuel oil/MFO) rendah sulfur yang ditetapkan Organisasi Maritim Dunia tidak berdampak besar pada industri galangan kapal.

Ketua Umum Iperindo Eddy Kurniawan Logam memprediksi penerapan MFO dengan kadar sulfur di bawah 5% hanya akan meningkatkan utilitas reparasi tidak lebih dari 5%. Penerapan MFO bersulfur rendah tersebut akan membuat kapal-kapal berbobot besar memasang komponen baru yakni scrubber.

“Apakah ada pekerjaan buat galangan? Ya ada, tapi tidak signifikan. Scrubber ini lebih mahal di alatnya daripada ongkos pasangnya. Jadi, yang lebih diuntungkan adalah manufaktur dari alat tersebut,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Eddy mengatakan belum ada pelaku industri lokal yang memproduksi scrubber. Pemilik kapal harus mengimpor alat tersebut dari pasar global.

Pihaknya belum melihat adanya peningkatan kapasitas produksi MFO sulfur rendah oleh PT Pertamina (Persero).

Industri galangan kapal dalam negeri saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1,2 juta dead wieght ton (DWT), sedangkan untuk reparasi kapal sebesar 10 juta DWT per tahun.

Eddy mengatakan utilitas produksi pembangunan kapal baru saat ini berada di level 20%-30%. Indutri galangan lokal hanya memproduksi 240.000—360.000 DWT per tahun. Menurutnya, industri galangan kapal lokal idealnya memproduksi 840.000—960.000 DWT per tahun.

Peningkatan utilitas pabrikan lokal tersebut, katanya, hanya dapat dibantu oleh adanya program pembangunan kapal baru oleh pemerintah. Walaupun jumlah pelaku industri kapal swasta lebih banyak, tetapi kekuatan industri perkapalan nasional masih dimiliki oleh pemerintah.

sumber: bisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar