Selasa, 10 September 2019

Loss Ratio Asuransi Marine Hull Membengkak, Perang Tarif Premi Diharapkan Berhenti


BUMN reasuransi, Indonesia Re berharap perang tarif premi dapat segera dihentikan oleh para pelaku industri asuransi marine hull, dengan tujuan agar pembengkakan loss ratio yang terjadi di lini bisnis ini bisa segera membaik.

Marine Underwriting Department Head Indonesia Re Gadis Purwanti mengatakan bahwa berdasarkan data dari bisnis fakultatif Indonesia Re, klaim yang berasal dari tug dan barge selama 2017 mencapai Rp113,6 miliar. Kemudian, pada tahun 2018, naik jadi Rp208,3 miliar, dan pada semester I-2019 sudah mencapai Rp218,4 miliar.

"Situasinya itu harga premi sangat kompetitif, padahal loss-nya juga tinggi," ujar Gadis saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dia pun mengungkapkan, pihaknya telah melakukan sosialisasi data teknis dengan Indonesia Professional Reinsurance (IPR) dalam rangka menentukan acuan tarif premi, yang pada akhirnya disepakati di kisaran angka 0,8 persen dari total sum insured (TSI) khusus untuk tipe kapal Tug dan Barge yang memang mendominasi dibandingkan dengan tipe kapal lainnya.

Beberapa bulan setelah sosialisasi data teknis tersebut, saat ini peningkatan tarif Marine Hull mulai terasa. Sudah ada yang menerapkan tarif di kisaran angka 0.6 sd 0.7 pct. kondisi ini sangat baik untuk menyehatkan Asuransi Rangka kapal di Indonesia.

"Sekarang itu kan ada yang 0,4 persen. Berdasarkan hitungan statistik yang dikerjakan oleh IPR, dari data yang kita punya, sebenarnya yang pas itu 0,8 persen," katanya.
Lebih lanjut, perusahaan pelat merah ini pun aktif menyelenggarakan rapat sosialisasi untuk membahas isu-isu terkini seputar asuransi marine hull.

Baru-baru ini, Indonesia Re berinisiatif untuk membawa kegiatan sosialisasi industri ke tingkat yang lebih tinggi.

Alih-alih menggelar rapat di hotel-hotel, Indonesia Re mengajak para ceding untuk rapat di atas kapal yang berangkat dari Jakarta menuju Surabaya.

Bertajuk Marine On-Board, rapat ini bertujuan untuk mengajak para ceding company untuk meninjau langsung kondisi di lapangan.

"Melalui 'Marine on Board', kita ingin memberi gambaran bahwa loss ratio sudah tinggi. Lalu banyaknya masalah di industri asuransi marine hull juga harus diperhatikan, seperti kekuatan tug boat, cuaca buruk, dan lain-lain," tukas dia.

sumber: wartaekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar