Di tengah lesunya bisnis galangan kapal domestik, PT Adiluhung Saranasegara Indonesia di Desa Ujung Piring, Bangkalan, Madura terus membangun kepercayaan pemerintah dan perusahaan-perusahaan pelayaran swasta dalam negeri.
Hal itu dilakukan lantaran, mayoritas pembangunan kapal-kapal swasta dalam negeri masih lebih memilih membangun kapal di galangan-galangan di luar negeri.
"Salah satunya di China. Pembuatan kapal swasta dalam negeri hampir mendekati nol," ungkap Owner sekaligus Penasehat utama PT Dharma Lautan Utama (DLU), Bambang Harjo Soekartono dalam Keel Laying KMP Kirana VII di PT Adiluhung, Kamis (7/11/2019).
KMP Kirana VII merupakan kapal keenam milik PT DLU yang telah dibuat di dalam negeri melalui PT Adiluhung.
"Kami ingin memotivasi perusahaan-perusahaan pelayaran domestik untuk membuat kapal di dalam negeri," jelasnya.
Namun Bambang sadar tanpa peran pemerintah dan stakeholder, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
"Kecuali galangan-galangan kapal dalam negeri mendapatkan insentif dari pemerintah, seperti halnya di China," ujarnya.
Dalam hematnya, perusahaan-perusahaan kapal swasta di Indonesia lebih memilih tidak membuat kapal di dalam negeri dikarenakan faktor biaya.
Di China, lanjutnya, galangan-galangan kapal mendapatkan fasilitas dari pemerintah melalui rendahnya bunga bank, bunga pajak rendah hingga sepertiga di bawah industri komersial.
"Jika tidak ada perubahan, sampai kapan pun akan tetap seperti ini. Hampir semua bank tidak percaya ke industri kemaritiman," tegasnya.
Padahal, dijelaskan Bambang, Presiden Jokowi menjadikan Indonesia sebagai ikon poros maritim dunia.
"Teknologi kita mampu (membangun kapal). Seharusnya sektor maritim kita menjadi ujung tombak perekonomian," pungkasnya Anggota Komisi V DPR RI periode 2014-2019 ini.
Hal senada disampaikan Direktur Utama PT Adiluhung Saranasegara Indonesia Anita Puji Utami.
Menurutnya, menggeliatkan kembali pembuatan kapal dalam negeri tentu saja akan menyerap banyak tenaga kerja.
"Termasuk menghidupkan kembali industri komponen-komponen dalam negeri," terangnya.
Sejauh ini, lanjutnya, pemesanan kapal dari perusahaan-perusahaan pelayaran dalam negeri masih terbilang rendah.
"Pesanan kapal milik pemerintah sendiri tak terlalu banyak, hanya kapal-kapal patroli," ujar Anita.
Angin segar mulai berhembus ketika Kementerian Perhubungan Laut dan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menggelar lelang pembuatan kapal di tahun depan.
"Beberapa waktu lalu kami juga telah melakukan Keel Laying kapal pesanan Pemda Aceh," katanya.
Kendati masih banyak perusahaan pelayaran dalam negeri masih membuat kapal di China, pihaknya tidak pernah berkecil hati karena kualitasnya tidak kalah dengan galangan luar negeri.
Kapal-kapal yang telah dibangun Adiluhung, lanjutnya, terbukti memiliki life time 15 tahun hingga 20 tahun
"Tidak ada masalah komplain. Kami juga diawasi biro klasifikasi Indonesia maupun syahbandar. Sesuai dengan aturan internasional, SOLAS (Safety Of Life At Sea)," pungkasnya.
Sekedar diketahui, KMP Kirana VII merupakan armada penyeberangan penumpang tipe Kapal Ferry RoRo. Memiliki Length Over All (LOA) 68,94 meter.
Kapal dengan Hull Number A.062.19.F itu berkapasitas 406 penumpang, 27 buah truk besar, 25 buah sedan/MPV, dan 30 unit sepeda motor.
Sedangkan di kamar mesin, KMP Kirana VII menggunakan mesin induk Yanmar 6N21A-SV 2x1200 HP dan mesin bantu 3x150 Kva.
Untuk sistem navigasi dan komunikasi, kapal dengan kapasitas tangki 103 ton liter itu menggunakan sejumlah peralatan canggih.
Seperti GMOSS Area A-2+, MH/FH DSC Watch Receiver, VHF radio, Marine Radar 24 NM X-Band, hingga Automatic Identification System.
Selain itu, dilengkapi pula Ship Security Alert System, GPS, Navigation Telex, Weather Fax, Echosounder, Gyrocompass plus Autopilot, Bridge Navigation Watch Alarm System, dan Voyage Data Recorder.
sumber: tribunnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar