Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan angka keterserapan tenaga kerja sektor industri di luar negeri, khususnya Jepang. Hal ini dikarenakan terus meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor industri di Jepang yang mencapai 345 ribu dalam lima tahun kedepan.
"Ini merupakan peluang baik bagi kita (Indonesia) untuk mengirimkan tenaga-tenaga kerja terampil khususnya di sektor perkapalan. Jepang itu masih butuh 13 ribu pekerja di sektor ini," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (2/3/2020).
Sejalan dengan hal tersebut, Kemenperin bekerjasama dengan The Cooperative Association of Japan Shipbuilders (CAJS) menyelenggarakan program "Skilled Wolker Bidang Industri perkapalan di Jepang". Dalam tahap ini, pihak Jepang akan melakukan seleksi terhadap mahasiswa lulusan Teknik Perkapalan terbaik dari perguruan tinggi di Indonesia.
Pada program tahap pertama tahun 2019, tercatat 110 pelamar yang berasal dari tujuh perguruan tinggi di Indonesia. Setelah melalui beberapa tahap, didapatkan 11 (sebelas) kandidat yang dikirimkan untuk ditempatkan di 9 (sembilan) perusahaan galangan kapal anggota CAJS.
"Tahun 2019 kemarin yang lolos seleksi itu 11 orang. Tahun ini sih kita ingin bisa lebih dari itu, minimal dua kalinya," terang Putu.
Dijelaskan Putu, perusahaan-perusahaan khususnya galangan kapal di Jepang mengakui bahwa pendidikan akademisi serta tenaga kerja di Indonesia tidak kalah bagus dari negara-negara lainnya. "Ini terlihat dari 11 orang yang lolos seleksi tahun kemarin mendapat sambutan baik dari perusahaan di Jepang. Bahkan mereka mendapatkan kesempatan untuk dikontrak bekerja selama puluhan tahun disana," ungkapnya.
Namun, terang Putu, munculnya kebijakan baru dari pemerintah Jepang mengenai visa khusus pekerja keterampilan asal luar negeri atau Tokutei Ginou menjadi salah satu kendala yang saat ini tengah diselesaikan oleh Kemenperin.
"Tokutei Ginou itu kan mulai berlaku sebenarnya di April 2019, ini sedang kami selesaikan. Kemarin kita sudah berdiskusi dengan Kementerian Ketenagakerjaan, intinya adalah kita akan dorong program-program untuk penempatan kerja baik di dalam maupun luar negeri," tutur Putu.
Salah satu pelamar yang lolos seleksi tahap pertama, Naufal Muhadzib Rafif lulusan Universitas Indonesia Fakultas Teknik Perkapalan mengungkapkan rasa bangganya bisa menjadi salah satu dari 11 orang yang ikut serta dalam program penempatan kerja Skilled Worker bidang industri perkapalan di Jepang.
Menurutnya, iklim kerja di Jepang sungguh sangat profesional. "Banyak hal-hal menarik khususnya ilmu pengetahuan yang saya dapat dari sana untuk diadopsi di Tanah Air," terang Naufal.
Selain menarik, lanjutnya, program penempatan kerja di Jepang juga sangat menjanjikan dari segi penghasilan. "Dari segi penghasilan sungguh sangat menarik. bayangkan saja, kami sebagai karyawan magang saja bisa mendapatkan penghasilan sebesar 3000 yen per hari, jika ditotal selama sebulan sekitar 72.000 yen. Sedangkan untuk pekerjanya bisa mendapat penghasilan sebesar 200.000 yen per bulan atau sekitar Rp25 juta," paparnya.
Oleh karena itu, Putu berharap kesebelas peserta yang telah lolos tahap pertama menjadi ambassador atau duta baik dalam sisi SDM industri dan kerja sama industri, serta menjadi jembatan informasi bagi industri perkapalan di Jepang terkait kemampuan dan pasar industri maritim di Indonesia untuk dapat melakukan kerja sama pembangunan kapal ataupun investasi pembangunan produk komponen kapal di Indonesia.
"Kedepan, akan dikembangkan skema-skema lain yang pada hilirnya adalah untuk kemajuan industri perkapalan di Indonesia," tutup Putu.
sumber: industry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar