Badai siklon Marcus yang memicu tingginya gelombang pantai selatan mengakibatkan kecelakaan laut (laka laut) di perairan Gunung kidul Rabu (21/3). Kapal nelayan menabrak karang. Seorang nelayan dilaporkan tewas, sedangkan dua lainnya mengalami luka berat setelah terbentur batu karang.
Informasi yang dilansir dari Radar Jogja, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 06.00. Korban tewas adalah Wasidi,50, warga Wonosobo II, Banjarejo, Tanjungsari, Gunungkidul. Sedangkan korban luka berat dialami Sumono,43, dan Sukamto,40. Keduanya warga Kemadang, Gunungkidul.
“Korban (Wasidi, Red) sebenarnya sudah berenang hampir mendekati tepi pantai. Namun ombak besar kembali menggulung dan menghempaskan tubuhnya, sehingga tenggelam,” ungkap Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Surisdiyanto.
Ketika ditemukan tim SAR Wasidi telah meninggal. Jasadnya telah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Sementara dua korban selamat masih dirawat di RSUD Wonosari.
Peristiwa nahas itu berawal ketika ketiga nelayan kapal Maju Jaya berangkat dari Pantai Baron untuk mencari lobster di perairan Sanglen.
Ombak besar menghantam kapal mereka yang sedang melaju sekitar tiga kilometer dari garis pantai. Sukamto yang berperan sebagai tekong (nakhoda) tak mampu mengendalikan kapal.
Kapal berbahan fiberglass tersebut lantas menabrak karang dan terbalik. Ketiga nelayan pun berusaha menyelamatkan diri dengan berenang menuju pantai. Meski terluka, Sukamto dan Sumono selamat setelah ditolong nelayan lain dan anggota SAR setempat.
“Kami kerahkan 25 personil dalam upaya penyelamatan para korban,” ujar Koordinator SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul Marjono.
Seiring perjalanan siklon Marcus mendekati pantai selatan, Marjono mewanti-wanti para nelayan untuk ekstra waspada saat melaut. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dampak siklon Marcus berlangsung hingga Senin (26/3).
“Pagi tadi sekitar pukul 09.00 siklon Markus memicu ketinggian gelombang laut mencapai sekitar 2,75 meter,” jelasnya. Kondisi tersebut, lanjut Marjono, telah terdeteksi sejak tiga hari lalu.
Nelayan yang tak berani melaut pun pilih menambatkan kapal mereka di pantai. Beberapa kapal tanpa jangkar dipinggirkan dari air agar tak terseret ombak.
“Meski air pasang nyaris menyentuh bibir pantai, sebagian nelayan tetap beraktivitas seperti biasa,” ungkap Ngatino, nelayan Pantai Baron.
Menurutnya, kondisi cuaca ekstrem bukan pertama kali dialami nelayan. Dia mengklaim, para nelayan telah hapal dengan situasi dan cara mengatasinya. Karena itu, tinggi gelombang dua meter berani mereka terjang jika masuk waktu menangkap ikan.
sumber: emaritim